Kamis 16 Jan 2014 13:56 WIB

Polisi Hongkong Periksa Penganiaya TKI Erwiana

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Joko Sadewo
Kondisi Erwiana di RS
Foto: facebook Riwayati juminah
Kondisi Erwiana di RS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BNP2TKI, M Jumhur Hidayat, mengatakan pihaknya telah menjalin koordinasi dengan Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Hongkong dalam menangani kasus Erwiana. Informasi dari KJRI menyebutkan Kepolisian Hongkong telah mendatangi dan memeriksa pengguna jasa TKI yang menganiaya tersebut.

BNP2TKI, kata Jumhur, juga sedang menunggu laporan medis berupa visum. Hal ini sebagai bukti terjadinya penganiayaan.

Jumhur mengatakan, BNP2TKI juga tengah mengkonfirmasi hak-hak lain yang harus diterima Erwiana. Misalnya klaim asuransi dan pembayaran gaji selama di Hongkong.

Direktur Eksekutif Migrant Institute Dompet Dhuafa, Adi Candra Utama, mengatakan kondisi terakhir Erwiana masih dirawat di rumah sakit.

Dari data Migran Institut, Erwiana tiba di Hongkong pada 13 Mei 2013 lalu. Eriana diberangkatkan melalui perusahaan penyalur TKI PT Graha Ayukarsa, Tangerang, Banten.

Informasi dari Erwiana, lanjut Adi, sejak awal bekerja dia seringkali mendapatkan penyiksaan dari majikan. Misalnya dia dipukul dengan menggunakan benda yang ada di depan majikan seperi hanger atau gantungan baju.

Ditambahkan Adi, Erwiana sempat melarikan diri dari rumah majikan setelah satu bulan bekerja. Saat kabur dia menghubungi PJTKI yang ada di Indonesia dan melaporkan kasus penyiksaa terhadap dirinya.

Namun sayangnya, kata Adi, PJTKi tersebut malah menghubungi agennya yang ada di Hongkong. Ironisnya, perwakilan PJTKI tersebut malahan meminta Erwiana untuk kembali bekerja di rumah majikan yang menyiksanya itu. Alasannya, potongan gaji untuk PJTKI belum habis sehingga harus diteruskan bekerja di sana.

Akhirnya, tutur Adi, Erwiana terpaksa kembali bekerja di rumah majikan. Selama bekerja di majikannya itu ia kembali mendapatkan penyiksaan hingga mengalami luka-luka.

Selain disiksa, Erwiana juga kurang makan dan jarang tidur. Dampaknya, badan Erwiana semakin kurus dan mengalami sakit.

Adi mengatakan, majikan Erwiana kemudian memulangkannya secara diam-diam dan hanya bermodalkan paspor, tiket dan selembar uang seratus dollar.

Padahal, saat di bandara Hongkong Erwiana tidak bisa jalan. Beruntung, ada buruh migran lainnya yang membantu pulang ke tanah air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement