REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dampak kebijakan kenaikan harga elpiji non subsidi yang mulai diberlakukan per 1 Januari 2014 diakui memberatkan kalangan pengusaha hotel, di wilayah Kabupaten Semarang.
Elpiji dinilai masih menjadi komponen energi yang yang diandalkan selain listrik pada bidang usaha perhotelan dan restoran di daerah ini. Khususnya energi untuk memasak dan pemanas air.
“Belum semua pengusaha hotel di Kabupaten Semarang memanfaatkan teknologi pemanas air bertenaga surya atau hartech solar energy (HSE),” kata Ketua Persatuan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten emarang, Sumardi Darmadji, di Semarang, Kamis (2/1).
Artinya, jelas Darmadji, sebagian besar pengelola dan pengusaha hotel maupun restoran di kabupaten Semarang masih menjadikan elpiji non subsidi ini untuk bidang usahanya.
Dengan kenaikan harga elpiji yang diberlakukan pemerintah, para pengusaha hotel dan restoran di kabupaten Semarang jelas akan terdampak. Apalagi kenaikan harga elpiji non subsidi ini cukup signifikan.
Saat ini, tambahnya, elpiji tabung 50 kilogram, rata- rata mengalami kenaikan harga Rp 160.000 per tabung. Bagi pengelola hotel yang belum menggunakan pemanas air bertenaga surya sangat berarti.
Karena, akumulasi penggunaannya yang bisa mencapai lima sampai 10 tabung. Saat ini memang baru sebagian kecil pengusaha hotel dan restoran yang mengeluhkan kenaikan harga elpiji ini.
“Namun dalam waktu yang tak terlalu lama, pasti akan semakin banyak pengusaha yang mengeluhkannya,” tambah pengelola Hotel Kusuma Madya dan Hotel Amanda, di kawasan Wisata Bandungan, Kabupaten Semarang ini.
Karena para pengusaha atau pengelola hotel maupun restoran di Kabupaten Semarang harus berpikir untuk mencari solusi atas pembengkakan biaya operasional bidang usahanya.
Ia juga menambahkan, jika ke-depan. kenaikan harga komponen energi ini kian membebani para pengusahaa hotel, bukan tidak mungkin akan beralih menggunakan pemanas bertenaga surya atau pemanas air bertenaga listrik.
“Satu- satunya jalan, beralih meninggalkan pemanas bertenaga gas. Karena dari sisi pengeluaran biaya produksi relatif akan dapat ditekan,” tambahnya.