Sabtu 14 Dec 2013 06:24 WIB

Syarat Wiranto Soal Pemimpin: Harus STMJ

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Dewi Mardiani
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (kanan), dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo (kiri)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto (kanan), dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, mengatakan ada beberapa syarat untuk menjadi pemimpin. Mantan Panglima TNI itu menyebut pemimpin harus STMJ.

Wiranto mengatakan, S adalah Sadar tentang posisinya. Ini, menurut dia, terkait dengan integritas. Ia mengatakan, pemimpin ketika menjabat harus menyadari dirinya menjadi wakil rakyat. "Tidak hanya mandat dari rakyat, tapi juga amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar calon presiden (capres) Hanura itu, di Jakarta, Jumat (13/12).

T mengawali Tahu akan masalah dan solusi. Ia mengatakan, pemimpin harus cerdas dan berpendidikan. Menurut dia, pemimpin harus mampu melihat fenomena dan persaingan, serta dapat melihat peluang. Ia juga mengatakan, pemimpin harus bisa melihat permasalahan dan mencari solusinya.

Namun sekarang ini, Wiranto melihat ada kondisi yang tidak sesuai. "Kondisinya yang punya kemampuan tidak punya kewenangan, yang punya kewenangan tidak punya kemampuan. Mari kita balik nanti," ujar dia.

Syarat berikutnya, menurut Wiranto, adalah M, Mau dan berani bertindak. Ia mengatakan, pemimpin harus dapat mengeksekusi akan solusinya. Menurut dia, itu merupakan bentuk kompetensi. "Seseorang yang tidak mempunyai kompetensi sebagai seorang pemimpin, selalu ragu-ragu," katanya.

Untuk J, Wiranto mengatakan, Jamin konsistensi sebagai pemimpin rakyat. Ini terkait dengan perilaku, rekam jejak, dan pengalaman. Soal pengalaman, Wiranto sudah pernah mengawal tiga presiden. Mulai Soeharto, BJ Habibie, kemudian Gus Dur. Inilah yang mencoba ditawarkan Wiranto setelah mendeklarasikan diri sebagai capres dari Hanura dengan pendampingnya, Harry Tanoe.

Wiranto mengatakan, negara ini akan bergantung kepada pemimpinnya. Ia mengatakan, pemimpin yang bertanggung jawab akan perubahan negerinya. Untuk itu, ia setuju dengan pendapat Rhenald Kasali, 'Perubahan membutuhkan kehadiran pempimpin yang kuat'. "Tanpa kehadiran pempimpin yang kuat, tidak cukup berenergi untuk menuju apa yang dicita-citakan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement