REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Komisi I DPR Mahfudz Sidiqq menilai rencana pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia dan Australia bisa menjadi "pintu masuk" positif dalam hubungan kedua negara namun tetap memiliki tantangan di prosesnya.
"Ini bisa menjadi 'pintu masuk' yang baik tapi ujian berat bagi Australia. Jangan sampai bertetangga namun menjadi orang asing di lingkungannya," kata Mahfudz saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Mahfudz menilai kunjungan Menlu Australia Julie Bishop ke Jakarta merupakan bagian dari tanggapan dan tindak lanjut pihak Australia terhadap usul yang diajukan Indonesia.
Dia mengatakan pertemuan itu baru pembicaraan awal yang titik beratnya mencoba mendudukkan kembali berbagai pandangan dasar dalam hubungan bilateral Indonesia-Australia.
"Itu jadi landasan penting karena kalau pada level ini, pada pandangan dasar hubungan bilateral disepakati, maka itu menjadi pintu masuk yang lebih mudah untuk tahapan berikutnya," ujar Mahfudz.
Dia menjelaskan di tahap pertama adalah pandangan dasar mengenai konsep hubungan negara bertetangga. Selanjutnya menurut dia di tahap kedua komitmen Australia menepati janjinya untuk tidak menyadap Indonesia. "Itu (janji Australia tidak menyadap) salah satu bagian dari code of conduct yang ada di tahap kedua," katanya.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan rencana kedatangan Menteri Luar Negeri Australia Julian Bishop sebagai batu loncatan untuk pembahasan tata prilaku atau "code of conduct" hubungan bilateral dua negara.
"Itu sebagai prasyarat atau batu loncatan pembahasan tentang 'code of conduct'. Jadi ujian pertamanya esok, lusa atau kapan pun ketika ibu Menlu Australia datang ke Indonesia," kata Marty di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (4/12).
6 langkah
Dia mengatakan pertemuan itu untuk menindaklanjuti enam langkah yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar Menlu Marty atau utusan khusus membahas hal-hal terkait hubungan bilateral Indonesia-Australia termasuk masalah sensitif.