REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Situs jejaring sosial Twitter rupanya lebih efektif dalam meningkatkan elektabilitas partai politik atau kandidat tertentu.
Peneliti Katapedia, Deddy Rahman mengatakan, situs blog mini itu dianggap lebih egaliter ketimbang Facebook.
"Pesan dari kicauan pemilik akun itu lebih kuat pengaruhnya. Karena sifat Twitter yang juga lebih lugas dengan keterbatasan pada 160 karakter. Beda dengan Facebook yang satu postingannya bisa panjang," kata Deddy di Jakarta, Senin (2/12).
Selain itu, katanya, Twitter semakin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia. Terutama bagi masyarakat kalangan bawah bahkan yang ada di pedesaan.
"Twitter lebih mudah diakses oleh masyarakat daripada Facebook bahkan dengan perangkat murah Rp 300 ribuan sekali pun. Saya pikir juga perkembangan pengguna Twitter semakin meningkat berbeda dengan Facebook," kata dia.
Deddy pun menyarankan bagi partai politik dan politisi untuk lebih mendayagunakan Twitter demi kepentingan politik mereka. Terlebih mendekati pmungutan suara pemilu 2014.
"Kita tentu banyak berkaca bagaimana Twitter sebanding dengan kesuksesn politik. Lihat popularitas Jokowi di Twitter yang tinggi saat itu akhirnya mampu membawanya menang dalam Pilkada DKI Jakarta. Belum lagi studi kasus dari kisah sukses Alex Noerdin di Sumatra Selatan dan Soekarwo di Jawa Timur," kata dia.
Memang, ujarnya, pengguna Twitter lebih sedikit daripada Facebook. Namun, justru memiliki efek politik yang lebih besar.
Menurut data Webershandwick, setidaknya ada 65 juta pengguna Facebook aktif di Indonesia. Sementara pengguna Twitter di Indonesia, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, tercatat 19,5 juta dari total 500 juta pengguna global.