REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- PT Perkebunan Nusantara (PN) VII Unit Usaha Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel), membangun unit pengolahan crushing tearing curling). Tujuannya untuk melakukan diferensiasi produk teh (CTC). Teh baru CTC ini untuk memenuhi selera konsumen.
“Kami optimistis prospek serapan pasar teh CTC akan terus meningkat, seiring dengan kecenderungan konsumen yang menghendaki minuman praktis semakin tinggi,” kata Direktur Pemasaran Perencanaan dan Pengembangan PTPN VII, Rafel P Sibagariang, dalam siaran pers yang diterima, Selasa (26/11).
Rafel menjelaskan, keistimewaan serta keunggulan teh produk PTPN VII Unit Usaha Pagaralam adalah pada rasa dan aroma teh yang unik dan khas. Kekhasan itu diperoleh tidak lain karena letak geografis kebun teh yang berada pada ketinggian rata-rata 1.500 m di atas permukaan laut, yang merupakan dataran tertinggi di Sumsel.
Menurut dia, sama seperti pada umumnya kebun-kebun teh di Negeri Sakura Jepang, kebun teh tersebut terletak tepat di sisi timur Gunung Dempo, yang tentu saja memberikan suplai sinar matahari pagi yang cukup untuk pertumbuhan kebun teh.
Rafel menjelaskan kebun dan pabrik teh Unit Usaha Pagaralam di Sumsel merupakan pabrik peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1929.
"Kami tidak hanya mewarisi kebun dan pabrik, tetapi juga mewarisi kekhasan teh klasik yang disebut sebagai teh orthodox," jelasnya.
Yang menarik bahwa di samping sebagai agroindustri, kebun teh Pagaralam juga menjadi tujuan agrowisata baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Kebun teh Pagaralam seluas sekitar 1.500 ha dengan produksi rata-rata tiga ton teh kering setiap bulan.
Namun, selama ini teh Gunung Dempo pada umumnya hanya dijadikan blending component dan bahkan hanya jadi filler produk teh yang dijual dengan merek lain, sehingga tak pernah dikenal publik.