REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Majelis Ulama Indonesia Wilayah Riau mengimbau semua pihak untuk mendukung pemilihan kepala daerah agar berjalan jujur dan adil tanpa kecurangan karena kecurangan dalam pilkada merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
"Kepada semua pihak diminta menahan diri dari berbuat curang dalam pelaksanaan Pilkada Riau pekan depan," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau Mahdini kepada wartawan di Pekanbaru, Minggu.
MUI meminta semua pihak untuk melaksanakan pilkada yang bersih agar rakyat Riau mendapatkan pemimpin yang bersih, amanah dan jauh dari sikap curang.
Mahdini mengatakan bahwa menang atau kalah merupakan hal yang lumrah dalam sebuah pertarungan termasuk dalam ajang Pilkada Riau.
Pihak pemenang harus melaksanakan amanah dari rakyat sebaik-baiknya, sementara yang kalah tetap dirangkul untuk mendukung si pemenang membangun daerah.
Ketua Dewan Penasehat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Tenas Effendi menyerukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau dan semua pihak terkait untuk menggelar pilkada yang bersih pada putaran kedua, 27 November mendatang.
Pilkada bersih adalah bersaing sesuai dengan aturan main dan tidak melakukan kecurangan-kecurangan seperti penggelembungan suara, mobilisasi suara hingga cara-cara kekerasan untuk memenangkan laga.
"Termasuk tidak dibenarkan memfitnah untuk menjatuhkan lawan," katanya.
Dalam tunjuk ajar melayu, demikian Tenas, juga diajarkan untuk bersikap besar hati, yang artinya ikhlas jika pihak lawan memenangkan sebuah persaingan dan mendukung pemenang dalam membangun negeri.
"Bukan lantas melakukan aksi protes jika kalah. Apalagi dibarengi dengan tindak anarkis yang bertentangan dengan sikap melayu penuh lemah lembut dalam bertutur dan bersikap," katanya.
Pilkada Riau putaran kedua akan dilaksanakan pada 27 November 2013 dengan dua pasang calon gubernur dan wakil gubernur yakni nomor urut 1 Herman Abdullah-Agus Widayat (koalisi partai), dan nomor urut 2 Annas Maamum-Arsyadjulian di Rachman (Partai Golkar).