REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media massa turut berkontribusi untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan kualitas kontestan Pemilihan Umum 2014, demikian isi diskusi "Independensi Media Massa dalam Pemilihan Umum 2014, Mungkinkan?" oleh The Habibie Center.
"Peranan media yaitu bagaimana semua media, baik yang berpihak ataupun yang tidak berpihak, mengarahkan agar Pemilu 2014 tidak sekadar formalitas tapi juga substansial," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum, Husni Kamil Malik, dalam diskusi itu di Jakarta, Selasa malam.
Selain Husni, diskusi itu juga dihadiri anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar, Tantowi Yahya, pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Gun Gun Heryanto dan Pemimpin Redaksi Tempo, Arif Zulkifli.
Husni mengatakan peranan media agar Pemilu 2014 lebih substansial yaitu dengan memberikan ruang kepada kontestan pemilu untuk menyampaikan program-program mereka.
"Partai politik juga perlu menyampaikan kebijakan apa yang akan ditempuh jika partai itu menang dan perubahan apa terhadap negara," kata Husni.
Sementara, Tantowi Yahya mengatakan kekhawatiran publik bahwa para pemilik media akan memanfaatkan media mereka untuk mendongkrak elektabilitas terbantahkan dengan fenomena Jokowi.
"Televisi yang sarat akan propaganda dari pemilik modal lambat laun akan ditinggalkan penontonnya karena terdapat mekanisme pasar di situ," kata Tontowi.
Terkait pemberian ruang terhadap kontestan pemilu, Tontowi mengatakan media harus memberikan ruang secara adil kepada publik, tapi bukan dengan memberikan "blocking time".
Arif Zulkifli mengatakan media massa di Indonesia hampir tidak independen dalam Pemilu 2014 karena para pemilik media masih memahami sikap independen berakibat tidak sukses dalam bisnis.
"Tapi dalam konteks pemilu secara umum saya optimis media akan independen karena publik akan sadar mereka tidak dapat lagi mengonsumsi propaganda. Publik lebih membutuhkan fakta," kata Arif.