Ahad 10 Nov 2013 16:12 WIB

Anies, Capres Pilihan Publik Non Parpol

Akademisi Anies Baswedan (kanan) bersiap mengikuti wawancara prakonvensi capres dari Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (27/8).
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
Akademisi Anies Baswedan (kanan) bersiap mengikuti wawancara prakonvensi capres dari Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menunjukkan bahwa publik merekomendasikan Anies Baswedan menjadi calon presiden (Capres) dari non parati politik (Parpol).

"Sosok Anies, berdasarkan hasil survei LSIN, diminati secara luas dan dari beragam kalangan baik dari sisi demografi, geografi, sosio ekonomi, dan latar belakang politik responden," kata Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad melalui press rilisnya yang dikirim ke Antara di Surabaya, Minggu.

Menurut dia, elektabilitas Anies Baswedan unggul atas deretan tokoh Nasional sekelas Dahlan Iskan, Mahfud MD, Din Syamsudin, Said Aqil Siradj, dan Rhoma Irama.

Survei nasional LSIN Capres Non Parpol dilakukan rentang waktu 1-15 Oktober 2013, melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia di tambah beberapa responden dari luar negeri dengan maksud untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari non-Parpol. 

Yasin Mohammad, mengatakan bahwa ketika responden diajukan pertanyaan siapakah Capres yang layak menurut anda dari non-Parpol, responden mengajukan beberapa nama yang dinilai pantas menjadi Capres 2014 di antaranya Anies Baswedan,Dahlan Iskan, Mahfud MD, Din Syamsudin, Said Aqil Siradj, dan Rhoma Irama.

Yasin Mohammad, menambahkan bahwa fenomena tersebut tidak lepas dari sosok Anies sebagai tokoh dan intelektual muda Indonesia, pada 2007 nama Anies mencuat ketika menjabat sebagai Rektor Paramadina dan tercatat sebagai Rektor termuda di Indonesia.

Anies menyita perhatian publik melalui kegiatan kepedulian terhadap masyarakat terutama di bidang pendidikan lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Ia juga gencar melakukan aksi dan kampanye anti korupsi bersama KPK.

Hasratnya di dunia politik semakin diketahui publik tatkala dirinya mendaftarkan diri pada Konvensi Capres Partai Demokrat.

Sementara elektablitas Dahlan Iskan, yang saat ini juga terdaftar dalam peserta Konvensi Capres Partai Demokrat berada di bawah Anies. Dari aspek ideologi politik, Dahlan diminati oleh simpatisan lintas ideologi politik, secara geografis merata di seluruh Provinsi.

Dari aspek demografi Dahlan dominan di kalangan dewasa. Elektabilitas Dahlan didorong dari posisinya sebagai pejabat publik yaitu sempat menjadi Dirut PLN, dan saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, posisinya sebagai pengusaha media juga memberikan kontribusi besar, didukung dengan karakternya sebagai pekerja keras serta kegiatan-kegiatan keteladanannya yang bersifat spontanitas.

Sebagai penguasa media Dahlan juga melakukan sosialisasi dirinya baik melalui tulisan maupun iklan politik. 

Di urutan ketiga muncul nama Mahfud MD, Mahfud MD banyak diminati oleh responden di wilayah Pulau Jawa. Ia dikenal publik sebagai akademisi, Mahfud sempat menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan, nama Mahfud MD mencuat dan menyita perhatian publik saat dirinya menduduki jabatan sebagai ketua MK.

Kemudian Din Syamsuddin juga diusulkan publik menjadi Capres akan tetapi dukungannya masih terpusat di kota-kota besar terutama DKI Jakarta, Said Aqil Siradjberada diurutan kelima dengan dukungan terpusat hanya di wilayah Banten dan Jabar sebagian tersebar di Jatim dan Sulawesi.

Terakhir Rhoma Irama, yang elektabilitasnya tidak sebanding dengan popularitasnya, secara geografis dukungannya memang merata di seluruh Provinsi tapi sangat minim. Padahal Rhoma telah lama berkiprah di politik di mana pernah menjadi maskot penting PPP di masa Orba, menjadi DPR 1993, dan tampil di panggung kampanye PKS tahun 2004.

Bahkan, saat ini Rhoma telah mendeklarasikan diri menjadi Capres atas dorongan perwakilan Ulama dan banyak melakukan safari politik di daerah bersama partai PKB. Namun, upaya yang dilakukan Rhoma belum mampu menaikkan elektabilitasnya, bahkan beberapa responden menilai bahwa Rhoma lebih pantas menjadi Raja Dangdut daripada Capres. 

Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi.

Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95 persen dengan Margin of error sebesar  3,1 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement