Kamis 07 Nov 2013 16:04 WIB

Jabar Terancam Krisis Garam, Produksi Anjlok

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Petani Garam (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani Garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Provinsi Jawa Barat, terancam krisis garam. karena pasokan produksi dari sentra garam Jabar bagian utara terus merosot.

Menurut Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Garam Indonesia (APGI) Jabar, Cucu Sutara, dibandingkan dengan tahun lalu, produksi garam mengalami penurunan. Pada 2012, secara nasional produksi garam mencapai sekitar 1,4 juta ton.

Produksi garam di Jabar sendiri sekitar 125 ribu ton. ‘’Sekarang, produksi garam Jabar anjlok 50 persen," ujar Cucu belum lama ini.

Penurunan produksi garam Jabar, katanya, dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Selama ini, sentra garam di Jabar berada di Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Seharusnya, panen raya bergulir Agustus-Oktober tahun ini.  ‘’Namun, hal itu tidak terjadi karena kondisi cuaca," katanya.

Proses produksi garam nasional masih sangat bergantung pada kondisi cuaca dan musim kemarau tetap  menjadi andalan para petani garam.

Hanya saja saat ini cuaca tidak menentu. Terkadang terik, hujan, dan mendung. ‘’Situasi itu tidak mendukung proses produksi," katanya.

Meski harga garam pada level petani, kata dia, sejauh ini relatif stabil di angka sekitar Rp 300-350 per kilogram. Hanya karena proses produksi yang terganggu para petani garam terancam rugi cukup besar karena efek gagal panen.

Ketua DPD Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (APGASI) Jabar, M Taufikkurahim mengatakan merosotnya produksi garam juga disebabkan terus menyusutnya areal lahan. "Tahun ini, di Jabar, hanya terdapat 40 persen lahan produktif untuk mendukung produksi garam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement