REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Tjatur Sapto Edy mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mesti memperbaiki komunikasi dengan pers. Di saat yang sama pers juga perlu berintrospeksi dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.
"Saya kira dua-duanya perlu introspeksi dan menjalin kembali silaturahim sehingga prasangka tidak terjadi lagi," kata Tjatur kepada Republika di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (24/10).
Tjatur mengatakan Presiden SBY mesti menyadari bahwa pers merupakan bagian dari empat pilar demokrasi. Keberadaan pers sangat penting sebagai penyeimbang sekaligus kontrol untuk lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. "Di era demokrasi kedudukan pers sangat penting," ujarnya.
Di saat yang sama, pers juga tidak bisa merasa jumawa dengan peran penting yang dimilikinya. Pers mesti obyektif di dalam menyampaikan informasi ke masyarakat. Persoalannya, imbuh Tjatur, sebagian besar industri pers di Indonesia dikuasai oleh mereka yang memiliki kepentingan politik.
Alhasil obyektifitas informasi menjadi barang yang sulit ditemui. "Pers menurut saya sebagian punya kepentingan politik sehingga sulit obyektif," katanya.
Tjatur mengibaratkan industri pers yang dikuasai para politisi lebih berperan sebagai anjing penjaga ketimbang anjing pengawas. "Kalau dahulu pers, itu watchdog sekarang guard dog," ujarnya.
Terkait keluhan SBY yang merasa menjadi korban pers, Tjatur menilai hal itu sebagai perbuatan yang wajar. "Manusia bisa mengeluh. Artinya itu berarti memang ada sesuatu yang perlu diperbaiki," katanya.