Jumat 13 Sep 2013 16:18 WIB

Produsen Tahu Tempe di Yogyakarta Hentikan Produksi

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Karta Raharja Ucu
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekira 40 persen produsen tahu dan tempe di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhenti berproduksi lantaran tingginya harga kedelai. Sebab, mereka akan merugi jika terus memproduksi.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Primkompti (Primer Koperasi Tahu Tempe) dari Kabupaten Gunungkidul Tri Harjono, Kota Yogyakarta Muryanto, Kabupaten Bantul, Suyadi pada wartawan usai bertemu dengan Kepala Bulog Divre DIY Awaludin Iqbal, di kantor Bulog Divre DIY, Jumat (13/9).

Bahkan menurut Tri Harjono, di Kabupaten Gunungkidul sekitar 50 persen perajin tempe sejak pertengahan Agustus 2013 sudah menghentikan produksinya. Perajin tempe lebih suka kedelai impor karena lebih mengembang.

Mayoritas perajin tempe di Kabupaten Gunungkidul menurunkan produksinya. Setiap hari mereka hanya memproduksi di bawah 10 kilogram. Sehingga mereka akan mendapat keuntungan kalau harga kedelai Rp 7.700 per kilogram. "Sementara sekarang harganya sudah Rp 9.700 per kilogram, sehingga selisihnya sudah Rp  2000 per kilogram," tuturnya.

Produsen tahu tempe yang menjadi anggota Koperasi Tahu Tempe terbesar ada di Kota Yogyakarta yakni sekitar 803, di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 456, di Kabupaten Sleman dan Bantul masing-masing sekitar 400 dan di Kabupaten Kulonprogo sekitar 345.

Selama ini kedelai impor dijual para pedagang, sehingga harganya cukup tinggi. Karenanya para pengurus koperasi tahu tempe DIY meminta supaya kedelai impor maupun lokal didistribusikan Bulog langsung ke koperasi tahu tempe. Sehingga harga kedelai bisa lebih rendah.

Kepala Bulog Divre Awaludin Iqbal mengatakan, rencananya memang untuk distribusi kedelai baik impor maupun lokal melalui Bulog. Bulog akan mendistribusi kedelai tersebut lewat koperasi tahu tempe. Karena pasar kedelai terbesar pengrajin tahu tempe  yang sebagian besar anggota kopti.

Saat ini Bulog Pusat sudah melakukan proses importasi. Rencana di DIY mendapatkan alokasi 5.000 ton. "Kalau kurang akan kami minta lagi," kata Awaludin seraya mengakui kalau distribusi langsung ke pengrajin tahu tempe akan efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement