Kamis 12 Sep 2013 05:46 WIB

Soal Penembakan Bripka Suhardi Polri Jangan Terpaku pada Terorisme

Suasana TKP penembakan polisi Provost Mabes Polri, Bripka Sukardi, Selasa (10/9) malam. Sukardi tewas usai ditembak tiga kali di bagian dada dan perut oleh orang tak dikenal di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, tepatnya di depan Gedung KPK.
Foto: ROL/Bilal Ramadhan
Suasana TKP penembakan polisi Provost Mabes Polri, Bripka Sukardi, Selasa (10/9) malam. Sukardi tewas usai ditembak tiga kali di bagian dada dan perut oleh orang tak dikenal di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, tepatnya di depan Gedung KPK.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kriminolog dari Universitas Indonesia Mulyana W Kusumah mengatakan, Polri hendaknya tidak terpaku kepada jaringan terorisme di dalam pengungkapan pelaku penembakan terhadap Bripka Sukardi, namun harus membuka kemungkinan pelaku berasal dari kelompok lain.

"Polri seharusnya melakukan analisis dan evaluasi yang lebih terbuka pada semua kemungkinan, tidak terfokus secara kaku pada kelompok-kelompok dalam jaringan terorisme," katanya dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kinerja profesional Polri harus ditunjukkan dengan tidak terjebak dalam wacana spekulatif? atau mengomunikasikan dugaan dini tentang motif dan identifikasi kelompok pelaku.

"Tetap terbuka kemungkinan kelompok pelaku adalah kelompok yang sama atau mempunyai hubungan erat dengan kelompok pelaku penembakan sebelumnya, atau justru kelompok bersenjata yang berbeda dengan? motif dan tujuan berbeda," kata Mulyana.

Dikatakannya, tidak adanya akselerasi Polri dalam pengungkapan tuntas kelompok terorganisasi pelaku?peristiwa-peristiwa penembakan keji terhadap anggota Polri membawa dampak terulangnya?kejadian serupa.

"Anggota Polri yang tengah bertugas masih tetap dihadapkan pada situasi keterancaman tinggi tanpa jaminan proteksi yang memadai," kata Direktur Eksekutif Seven Strategic Studies (7SS) itu.

Oleh karena itu, kata Mulyana, Polda Metro Jaya secara khusus perlu meningkatkan intensitas dan ekstensivitas perburuan terhadap kelompok pelaku penembakan.

Selain itu, harus ada perintah lebih tegas,?anggota Polri yang menjalankan tugas perlu bekerja dalam bentuk tim yang lebih siaga terhadap kemungkinan menjadi korban kekerasan bersenjata api.

Menurut Mulyana, kejadian penembakan Bripka Sukardi dipastikan dilakukan oleh kelompok bersenjata yang cukup kuat dan kini masih beroperasi di Jakarta. Sesuai pantauan CCTV, para pelaku adalah orang-orang? terlatih menggunakan senjata api, memiliki mobilitas tinggi, keberanian luar biasa, dan? mempunyai kapasitas bekerja secara tim?dengan desain perencanaan tertentu.

Mulyana mengatakan target kelompok bersenjata ini tidak sekadar menggunakan ancaman kekerasan, akan tetapi membunuh polisi yang sedang?bertugas. Pada kasus penembakan terhadap Bripka Sukardi tidak cukup dengan penembakan horizontal, akan tetapi ada pelaku lain yang melakukan eksekusi dengan penembakan vertikal yang mengakibatkan kematian.

Mengingat dalam kasus penembakan Bripka Sukardi terdapat banyak saksi, sekitar 12 orang, kata Mulyana, maka Polri hendaknya tidak hanya memaksimalkan keterangan saksi untuk menggali informasi, tetapi juga memberi perlindungan kepada para saksi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement