Selasa 10 Sep 2013 06:50 WIB

Pedagang Tahu-Tempe di Lampung Ikutan Mogok

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Djibril Muhammad
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Mengikuti rekan sesama pedagang di Pulau Jawa, pedagang tahu dan tempe di pasar tradisional kota Bandar Lampung, ikut-ikutan mogok berjualan komoditas rakyat tersebut, Senin (9/9). Pedagang akan mogok hingga Kamis (12/9).

Pedagang tahu dan tempe di Pasar SMEP dan Pasar Pasir Gintung, sudah tidak terlihat menjajakan dagangan dengan lapak maupun bersepeda. Konsumen kesulitan menemukan tahu dan tempe di pasar.

Namun, konsumen masih bisa menemukan tempe di warung-warung pemukiman penduduk, karena distok dari perajin tradisional.

Menurut Yanto, pedagang tempe yang biasa mangkal di Pasar Pasir Gintung, ia tidak berjualan tempe ini untuk turut bersolidaritas dengan pedagang tahu dan tempe yang ada di Pulau Jawa. "Kami ikut juga mogok jualan, karena harga kedelai terus mahal," ungkapnya.

Para pedagang tahu dan tempe di kedua pasar tradisional terkenal di kota Bandar Lampung ini, akan berlangsung hingga Kamis mendatang. Pedagang berharap pemerintah segera menurunkan harga kedelai yang terus menerus melonjak, sedangkan harga tahu dan tempe tidak bisa dinaikkan.

Para pedagang tahu dan tempe di pasar tersebut pada pagi hari sempat berdagang. Namun, ada yang memberitahu para pedagang tahu dan tempe mogok berdagang, untuk menuntut kepada pemerintah menurunkan harga kedelai.

"Kami ikut-ikutan tidak berdagang," kata Ami, penjual tahu di Pasar Pasir Gintung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement