REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengatakan sekarang ini rata-rata ada sekitar satu juta ton ikan setiap tahunnya yang ada di perairan laut di Indonesia telah dicuri oleh kapal-kapal asing.
Ikan-ikan yang dicuri oleh kapal-kapal asing itu sebagian besar yang berada di perairan laut Ara Furu, Laut China, Sulawesi dan lain-lain, kata Rokhmin Dahuri yang juga Mantan Menteri Kelautan Indonesia, di sela-sela acara "Konferensi Akuakultur Indonesia" di Solo, Selasa.
Ia mengatakan banyaknya pencurian ikan di perairan laut itu, disebabka salah satunya lemahnya dalam bidang pengamanan. "Ya ini memang kalau dirasakan juga cukup besar dan apabila hal ini bisa ditangani sendiri jelas akan memberikan keuntungan yang luar biasa bagi rakyat kita", katanya.
Menyinggung mengenai masalah produksi secara keseluruhan dari hasil laut di Indonesia, ia mennyebutkan mencapai 57,7 juta ton per tahun, potensi ini meliputi ikan, udang, rumput laut dan lain-lain.
Ia mengatakan dari sebanyak potensi yang ada tersebut sampai saat ini baru ditangani sebanyak sembilan juta ton per tahun, terdiri dari 5,7 juta ton untuk rumput laut dan sisanya ikan dan lain-lain.
"Kalau dihitung-hitung dari potensi yang ada itu kita baru bisa tangani satu persen saja, padahal kalau ini bisa dikelola dengan baik jelas akan banyak menciptakaan lapangan kerja dan juga akan besar memberikan manfaat pada ekonomi rakyat," katanya.
Ia mengatakan untuk penanganan hasil tersebut, karena tidak harus menggunakan teknologi tinggi, dengan cara sederhana juga bisa dan modalnya juga bisa kecil-kecilan.
"Ya untuk penanganan hasil produksi laut ini bisa menggunakan teknologi tinggi dengan modal besar, tetapi juga bisa menggunakan teknologi sederhana dengan modal kecil," katanya.
Ia mengatakan, dengan kekayaan sumberdaya perikanan yang dimiliki ini, Indonesia sangat berpotensi menjadi "leader producer akuakultur" terbesar dunia untuk berbagai komoditas unggulan antara lain rumput laut, bandeng, udang, ikan hias, lele, nila dan sidat.
Di tengah krisis sumberdaya perikanan sidat dunia (Jepang, Korea China, dan Eropa), Indonesia saat ini menjadi pusat perhatian dunia dikarenakan Indonesia hingga saat ini tercatat memiliki potensi sumberdaya sidat terbesar di dunia, sehingga banyak investor asing (China, Taiwan, Jepang, Korea, Eropa) berduyun-duyun datang ke Indonesia untuk menikmati keuntungan membangun industri bisnis sidat di Indonesia.
Mantan Menteri Kelautan mengatakan, hal ini menjadi sangat ironis, sementara pihak asing sangat antusias investasi mengembangkan bisnis budidaya sidat di Indonesia namum pemerintah Indonesia saat ini masih belum mau serius menangani dan mengembangkan potensi budidaya sidat bagi kemakmuran bangsa.