Senin 02 Sep 2013 19:09 WIB

'Lestarikan Wayang Jangan Karena Takut Penghargaan UNESCO Dicabut'

Rep: Esthi Maharani/ Red: Djibril Muhammad
 Sejumlah anak menyaksikan mempertunjukan wayang kontemporer oleh Wayang Tavip di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10).  (Adhi Wicaksono)
Sejumlah anak menyaksikan mempertunjukan wayang kontemporer oleh Wayang Tavip di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wayang Wolrd Puppet Carnival 2013 resmi dibuka Wakil Presiden, Boediono. Acara tersebut digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Senin (2/9).

Sedikitnya ada 46 negara yang ikut serta. Ada 64 pertunjukkan wayang atau ‘puppet’ yang akan ditampilkan sejak 1 September hingga 8 September mendatang.

Banyaknya negara yang ikut serta menjadikan festival tersebut sebagai festival wayang terbesar dengan skala internasional. Tak hanya itu, festival ini juga merupakan kali pertama diselenggarakan di Indonesia.

Ketua Pepadi Pusat, Eko Tjipto mengatakan festival tersebut digagas dengan tujuan menujukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah rumah dari wayang.

Wayang World Puppet Carnival juga digelar agar seniman wayang dan komunitas wayang dibelahan bumi lain mengetahui wayang telah berkembang, eksis, dan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

"Tujuan lainnya agar tumbuh semangat di generasi muda Indonesia untuk kembali ke budaya dan tradisi. Kembali cinta budaya dan tradisi," katanya.

Menurutn dia, generasi muda saat ini memiliki kecenderungan untuk menjauh dari budaya dan tradisinya. Hal tersebut dikarenakan budaya global yang terus masuk dan menggerus budaya asli.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan dengan festival itu ada dampak positif bagi upaya pelestarian wayang tak hanya di Indonesia tetapi di dunia internasional. Dampak yang diharapkan tak lain kepedulian yang bukan didasari karena ketakutan.

"Kepedulian yang didasari pada kesadaran bahwa wayang punya makna penting bagi kehidupan, bukan karena kepedulian karena takut dicabut penghargaan sebagai warisan dunia dari UNESCO," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement