REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur, Kamis, ditanggapi sebagian warga secara pragmatis dengan berharap adanya "serangan fajar" atau pemberian uang dari tim sukses 4 (empat) pasangan kandidat yang bertarung.
"Saya bela-belain 'melekkan" (begadang) sekalian nonton sepak bola Liga Champion Eropa sampai subuh (dini hari), eh nggak ada tuh yang namanya 'serangan fajar'," ujar Imam, salah seorang warga Wage, Kabupaten Sidoarjo, Kamis.
Ia mengaku enggan menggunakan haknya untuk memilih Gubernur Jatim masa jabatan lima tahun ke depan, hanya karena tidak adanya serangan fajar. "Coblos ngak coblos sama saja, siapa yang terpilih sama saja, saya tetap jualan bubur Pak!" ucapnya.
Hal senada dikemukakan oleh Ganang, warga di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Menurut dia, jangankan serangan fajar, di tempat tinggalnya tidak ada satu kandidat calon gubernur yang kampanye atau sosialisasi tentang pilkada oleh KPU.
"Saya tahu ada coblosan hari ini (Kamis) dari berita di media massa. Ngapain coblos, calonnya saja ngak ada yang saya kenal. Ya kalau ada yang kasih uang sih mungkin lain lagi," katanya, sambil tersenyum.
Namun, banyak juga warga yang menunaikan kewajibannya dengan mendatangi TPS (tenpat pemungutan suara) untuk mencoblos."Pagi-pagi saya udah coblos, soalnya siang masuk kerja," celetuk salah seorang karyawati di kawasan industri di Rungkut Surabaya.
Pantauan di beberapa TPS di Kecamatan Taman dan Waru, Kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, hingga pukul 09.20 WIB, beberapa TPS masih tampak sunyi, hanya aktivitas petugas KPPS dengan seragam batik yang terlihat "berteriak" dengan pengeras suara memanggil warga untuk menggunakan hak pilihnya.
"Tercatat ada 518 orang yang mempunyai hak suara di sini, hingga saat ini (09.20 WIB) baru beberapa orang saja yang nyoblos," ungkap Ketua KPPS (kelompok penyelenggara pemungutan suara) TPS 5 RW IX Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Moejiono.
Ia mengakui bahwa pendistribusian formulir C-6 atau surat panggilan untuk mencoblos amburadul, pasalnya ada beberapa warga di RW IX yang tidak mendapatkan formulir C-6. Ada suami yang mendapatkan surat panggilan mencoblos dan istrinya tida dapat atau sebaliknya, istrinya dapat suami dan anak-anaknya yang sudah mempunyai hak pilih tidak dapat surat panggilan.
Begitu juga di TPS 8 RW I Wage, TPS 17 dan 18 di Desa Pepelegi, Taman, masih sepi dari kunjungan warga. Justru aktivitas sehari-hari warga lebih terlihat ramai di pasar desa atau toko swalayan yang pagi itu masih beroperasi seperti biasanya.