REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lingkar Madani Nasional (LIMA) Ray Rangkuti menilai Konvensi Partai Demokrat bersifat setengah hati karena tidak memberikan peluang seluas-luasnya kepada orang-orang terjauh dari partai untuk masuk kategori diundang ikut serta.
"Bahwa ketentuan pendaftaran yang semi-terbuka merupakan faktor yang membuat nilai konvensi ini kurang menarik. Pesertanya hanya bersifat undangan memberi sinyal sebagai kompetisi setengah hati," kata Ray melalui pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Selasa.
Terlebih kelak, menurut Ray, syarat-syarat pencalonan yang digariskan tidak memberi gambaran yang memungkinkan orang-orang terjauh dari partai untuk leluasa ikut konvensi.
"Peraturan undangan calon itu sendiri sudah menyiratkan adanya kompetisi yang terdegradasi. Dalam praktik sistem semi-terbuka berarti akan ada pembatasan bagi semua warga Indonesia. Dengan kata lain, hanya figur undangan saja yang berhak ikut konvensi," kata dia.
Dia membandingkan, jika konvensi dilakukan dengan sistem tertutup berarti hanya melibatkan kader. Sedangkan sistem terbuka hanya akan melibatkan partisipasi dari nonkader
"Dengan semi-terbuka seperti sekarang persoalan utamanya adalah menentukan siapa yang layak dan tidak layak diundang. Apa saja ukurannya, apakah dalam ukuran itu ada partisipasi, baik kader maupun warga. Apakah mereka berhak mencalonkan atau tidak. Di sinilah beberapa persoalan sistem semi-terbuka dengan tantangan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahuddin mengatakan konvensi yang diadakan partai berkuasa itu hanya sebagai trik untuk mendapatkan publikasi gratis dari media yang meliput pergelaran itu.
"Demokrat sedang melakukan upaya cari perhatian publik dan mencari publikasi gratis dari media yang meliput segala seluk beluk prosesi Konvensi Partai Demokrat," katanya.