Ahad 04 Aug 2013 11:07 WIB

Ekonomi Jabar Tumbuh 6,13 Persen

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pedicab drivers gather before Gedung Sate in Bandung and hold a protest to support the fuel price hikes. (illustration)
Foto: en.wikipedia.org
Pedicab drivers gather before Gedung Sate in Bandung and hold a protest to support the fuel price hikes. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pertumbuhan ekonomi alias produk domestik bruto regional (PDRB) Jawa Barat  mencapai Rp 96,2 triliun. Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan pencapaian triwulan yang sama tahun lalu.

"Ekonomi Jabar pada triwulan II/2013 tumbuh sebesar 6,13 persen," ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jabar, Ade Rika Agus kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Menurut Ade, sebanyak sembilan sektor memberikan nilai tambah pada perekonomian Jabar. Kontribusi terbesar, berasal dari sektor industri pengolahan Rp 39,41 triliun.

Kemudian, disusul oleh perdagangan-hotel-restoran Rp22,49 triliun, pengangkutan-komunikasi Rp 5,4 triliun, kontruksi Rp 4,11 triliun, keuangan persewaan-jasa perusahaan Rp 3,48 triliun, listrik-gas-air bersih Rp 2,13 triliun serta pertambangan-penggalian Rp 1,59 triliun.

Dari sisi lapangan usaha, kata dia, pertumbuhan tersebut didukung oleh semua sektor kecuali sektor pertambangan-penggalian. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,64 persen, disusul konstruksi 10,79 persen, perdagangan hotel restoran 9,13 persen, keuangan persewaan-jasa perusahaan 7,33 persen, listrik-gas-air bersih 6,13 persen, industri pengolahan 5,83 persen, jasa-jasa 3,42 persen, serta pertanian 0,60 persen.

Sedangkan dari sisi penggunaan, pertumbuhan year on year didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga termasuk konsumsi lembaga non profit sebesar 4,23 persen, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) 7,56 persen, perubahan inventori 2,07 persen dan ekspor 8,79 persen.

Menurut Ade, konsumsi pemerintah pada triwulan ini terbilang negatif atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Daya serap anggaran pemerintah yang rendah tersebut, menahan laju perekonomian.

"Selain dari anggaran, pemerintah sebenarnya bisa mendorong perekonomian melalui kebijakan strategis yang mendorong pertumbuhan sektor lain, kalau itu dilakukan mungkin bisa tumbuh diatas 6,13 persen," kata Ade.

Meski serapan anggaran pemerintah rendah, kata dia, perekonomian Jabar berhasil terdorong berkat konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi. Namun demikian, kondisi ini dinilai rawan mengingat tak semua barang yang dikonsumsi merupakan produk lokal.

"Jika mengandalkan konsumsi masyarakat, maka perekonomian akan rapuh dan tidak akan berkualitas," katanya. Selain konsumsi, perekonomian Jabar juga terdorong dari ekspor yang mengalami pencapaian cukup tinggi. Meski sedikit tergerus impor namun ekspor masih terbilang positif.

"Kami masih bisa memanfaatkan potensi lokal karena impor yang dilakukan untuk memasok bahan baku industri yang ada di Jabar," kata Ade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement