REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pedagang telur ayam di sejumlah pasar tradisional Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), kesulitan menambah stok karena pasokan dari daerah sentra prduksi Pulau Jawa dan Sumatera terbatas menjelang puasa Ramadhan.
"Saat ini, stok telur ayam kurang untuk memenuhi permintaan masyarakat sehingga harga telur mulai merangkak naik," ujar Saiful salah seorang pedagang telur di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Rabu (10/7).
Ia menjelaskan, dalam sepekan terakhir, harga telur ayam ras mulai merangkak naik di tingkat agen dari harga biasa Rp 950 per butir naik menjadi Rp 1.250 per butir. Sedangkan harga telur eceran cukup bervariasi mulai dari Rp 1.300 hingga Rp 1.500 per butir, tergantung stok telur yang dimiliki pedagang.
"Dalam pekan ini, baru mendapatkan pasokan telur dari Palembang dengan jumlah terbatas, pada hal, sebelumnya kami bisa menambah pasokan telur kapan saja dan sesuai dengan pesanan atau kebutuhan," tuturnya.
Ia mengatakan, kenaikan harga telur tersebut bukan karena permintaan yang meningkat, tetapi harga telur di daerah asal yang mulai naik seiring menurunnya telur di tingkat peternakan ayam.
"Saat ini, stok telur yang dimiliki hanya sekitar 500 butir dan dalam dua hari ke depan diperkirakan stok habis, seiring tingkat konsumsi telur masyarakat cukup tinggi," ungkapnya.
Menurut dia, diperkirakan harga telur akan terus mengalami kenaikan seiring meningkatnya permintaan masyarakat selama puasa Ramadhan, karena masyarakat mulai menstok kebutuhan selama bulan puasa. "Selama puasa Ramadhan, permintaan tidak hanya berasal dari ibu rumah tangga, tetapi berasal dari pedagang makanan jajanan buka puasa yang marak selama bulan Ramadhan," ujarnya.
Ia berharap, pasokan telur kembali lancar, sehingga pedagang bisa memenuhi permintaan masyarakat dengan harga yang terjangkau. "Apabila harga telur terus naik, tentu akan membebani ekonomi masyarakat, karena selama bulan Ramadhan tidak hanya telur saja yang naik tetapi diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya seperti beras, gula pasir, minyak goreng, tepung dan lainnya," paparnya.
Demikian juga, Wati pedagang eceran telur, mengatakan, stok telur menipis karena distribusi di tingkat agen telur kurang.