REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI-- Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Kehutanan setempat menyatakan tengah mengawasi dan memantau 900 ribu hektare lahan gambut di daerah itu untuk mengantisipasi musim kemarau yang puncaknya diprediksi Agustus 2013.
"900 ribu hektare lahan gambut di Jambi itu tersebar di tiga kabupaten, yakni Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Muarojambi," ujar Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jambi, Irmansyah Rahman kepada wartawan di Jambi, Selasa (9/7).
Menurut dia, persoalan kebakaran lahan dan hutan menjadi masalah tersendiri di sebagian wilayah Jambi dan hampir terjadi sepanjang tahun saat musim kemarau tiba. "Kasus contoh paling baru ada di Provinsi Riau. Untuk itu, sejak dini terus kami koordinasi dengan instansi terkait, meski saat ini masih terjadi hujan, namun berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau puncaknya terjadi antara Agustus-September 2013," jelasnya.
Koordinasi akan pengawasan dan penjagaan kawasan gambut juga dilakukan dengan pemerintah kabupaten, dimana instansi terkait di tiap kabupaten diharapkan melakukan laporan rutin akan kondisi lahan gambut di daerah.
"Koordinasi ini juga terkait temuan titik panas. Jika ada terpantau titik panas, maka akan segera dicek. Apabila ada dikawasan milik perusahaan maka pihak perusahaan yang bertanggungjawab," ujarnya lagi.
Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan, Dishut Jambi juga berencana memanggil pihak perusahaan untuk melakukan sosialisasi agar dapat mempersiapkan sarana dan prasarana pemadam kebakaran.
"Langkah-langkah penanganan kebakaran hutan dan pengawasan lahan gambut merupakan intruksi langsung dari pemerintah pusat saat Gubernur Jambi melakukan orasi orasi di Kementrian Lingkungan Hidup sebagai acuan bagi daerah lain dalam penanganan kawasan hutan," tambah Irmansyah.
Provinsi Jambi menjadi salah satu daerah di Sumatera yang rawan akan kebakaran lahan dan hutan. Pada musim kemarau 2012, sedikitnya 4.000 hektare lahan dan hutan terbakar akibat musim kemarau panjang.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
