REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Golkar, Nudirman Munir menuding Indonesia Corruption Watch (ICW) berupaya melakukan pembusukan terhadap parlemen. Bantuan dari lembaga asing yang masuk ke ICW digunakan untuk melakukan penelitian yang menyudutkan lembaga negara dan DPR.
"Kami minta ICW klarifikasi, karena yang dilakukan ICW periode terakhir ini sudah melenceng dari seharusnya. Kalau di masanya Teten Masduki masih on the track, tapi yang sekarang berupaya melakukan pembusukan parlemen," kata Nudirman di Jakarta, Sabtu (6/7).
Nudirman mengaku gerah atas rilis ICW yang memasukkan namanya sebagai satu dari 36 caleg yang diragukan komitmennya terhadap pemberantasan korupsi.
Politisi senior itu merasa heran, atas dasar apa ICW menyampaikan informasi tersebut. Selama ini dia memang kerap mengeluarkan pendapat tentang UU KPK. Tetapi yang disampaikannya mengarah pada penguatan KPK.
Nudirman malah menuduh ICW sendiri yang melakukan pembohongan kepada publik karena tidak transparan dan akuntabel terkait pendanaan lembaganya. Hal itu terbukti dari pernyataan berbeda dari anggota ICW. Yang menjelaskan bantuan dana dari Michael Bloomberg, wali kota New York.
Menurut Nudirman, peneliti ICW Ade Irawan mengatakan dana itu digunakan untuk sosialisasi pemberantasan korupsi. Tetapi peneliti ICW lainnya, Emerson Yuntho mengatakan dana itu dimanfaatkan untuk keperluan riset UU anti tembakau.
"Saya tidak tahu mana yang bohong. Tapi menurut saya dua-duanya bohong, dana itu digunakan untuk pembusukan DPR, karena ada kepentingan asing di sana," ungkap Nudirman.
Tak hanya dana dari Bloomberg, Nudirman menyebutkan Rp 8 miliar dari total Rp 12 miliar yang diterima ICW merupakan dana bantuan asing. Dia menduga, tidak mungkin bantuan sebesar itu diberikan kepada ICW tanpa ada maksud tertentu oleh pihak asing.