REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan permintaan maaf ke Malaysia dan Singapura akibat kebakaran hutan di Riau. Sikap orang nomor satu di Indonesia ini pun menuai kritikan warga di Tanah Air.
Misalnya, Agus Budiawan (27 tahun) mengaku tidak sepakat dengan sikap SBY. Menurutnya, SBY gegabah dengan meminta maaf ke Malaysia dan Singapura. Menurut warga Bekasi ini, sebaiknya SBY memanggil negara yang protes untuk duduk bersama.
"Jangan bisanya marah-marah," kata Agus, Selasa (25/6).
Hal senada diungkapkan Abdul Rochim (29) warga Cilincing, Jakarta Utara. Menurutnya, ada yang lebih penting yang harus dilakukan pemerintah. Seharusnya SBY melihat indikasi kebakaran tersebut disebabkan perusahaan asing.
"Usut dulu dengan tegas pelaku pembalak liar, perusahaan nakal," ujar Abdul.
Lain halnya dengan Nur Rochim (26) warga Kebagusan, Jakarta Selatan. Ia menilai wajar permintaan maaf dalam hubungan antarnegara. Kalau perlu bahkan minta bantuan untuk memadamkan. "Ibarat rumah tetangga kita terbakar trus merembet ke rumah kita apa kita diam saja?" katanya mengibaratkan.
Ristu Hasriandi (28) warga Pekanbaru menambahkan meminta pemerintah harus lebih fair. Permintaan maaf bagus untuk hubungan diplomasi. Namu,n pemerintah harus adil melihat lahan milik siapa yang terbakar.
"Di sini banyak perusahaan Malaysia dan Singapura," ungkapnya. Ia menambahkan bukan hanya warga Singapura dan Malaysia yang terdampak, warga Riau pun tak luput dari gangguan asap.
Dalam sepekan terakhir, Ia dan warga berpikir dua kali jika hendak keluar rumah. "Selain asap pekat, suhunya mencapai 37 derajat celcius," tegas Ristu. Beruntung, hari ini hujan sempat mengguyur wilayah Pekanbaru sehingga dampak asap sedikit berkurang.