REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Lebih dari satu di antara tiga perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan rumah tangga. Jumlah korban pun kebanyakan di Asia dan Timur Tengah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, 30 persen perempuan di seluruh dunia menghadapi kekerasan dari pasangannya.
"Statistik itu bagi saya sangat mengejutkan... Juga mengejutkan bahwa fenomena ini terjadi di seluruh dunia," kata Kepala Divisi Keluarga, Perempuan dan Anak WHO, Flavia Bustero, Kamis (20/6).
WHO menuding, ada kesan tabu yang mencegah korban mendapat bantuan kesehatan dan sistem keadilan. Serta norma yang membuat baik pria mau pun wanita memandang kekerasan seperti itu dapat diterima.
Penelitian ini dilakukan di 81 negara. Skala kekerasan tertinggi terjadi di Asia, yaitu mencapai 37,7 persen. Dengan data yang dikumpulkan dari Bangladesh, Timor Timur, India, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand.
Urutan berikutnya adalah Timur Tengah dengan angka rata-rata 37 persen. Diikuti negara-negara sub-sahara Afrika dengan angka 36,6 persen. Secara rata-rata 23,2 persen perempuan mendapat pengaruh kekerasan rumah tangga di kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi. Termasuk di Amerika Utara, Uni Eropa, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru.
"Data ini benar-benar menunjukkan korban yang besar dalam kesehatan perempuan," kata Claudia Garcia-Moren, ahli WHO untuk masalah gender, hak reproduksi, kesehatan seksual dan remaja.
WHO menambahkan, secara global 38 persen pelaku pembunuhan perempuan adalah pasangan mereka.