Sabtu 08 Jun 2013 13:17 WIB

Pengamat: Pekerja Perempuan "Dikonstruksi" Diremehkan

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pramugari menyajikan makanan. Ilustrasi
Foto: .
Pramugari menyajikan makanan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa kekerasan kepada wanita di dalam transportasi umum kembali terjadi. Dalam empat hari terakhir, sejumlah wanita yang mendedikasikan dirinya sebagai pemberi kenyamanan kepada penumpang di dalam armada transportasi menjadi korban.

Meski hanya luka-luka, namun dua kejadian ini cukup merefleksikan masih tak dihormatinya perempuan oleh kaum adam.Pengamat perempuan dalam ketenagakerjaan, Nadia Yovani mengatakan, para wanita yang bekerja di bidang pelayanan langsung secara fisik kepada masyarakat memang rentan mengalami kekerasan.

Profesi pramugari dan petugas pengecek tiket di kereta ialah contoh dari sekian banyak pekerjaan yang mempertaruhkan keamanan dari wanita penggelutnya.

 “Tak heran memang, selain berada di sektor terdepan untuk menghadapi pelanggan, profesi ini sering dianggap pelayan, khususnya pramugari,” ucap dosen bergelar doktor ini kepada Republika, Jumat (7/6).

Pengamat asal Universitas Indonesia (UI) ini memaparkan, untuk pekerjaan pramugari, pandangan para penumpang yang menanggap mereka ialah sosok pelayan memang masalah. Tapi hal ini sebenarnya menjadi demikian karena  konstruksi sosial yang dibangun di kehidupan masyarakat Indonesia selama ini.

Masyarakat yang mengganggap wanita ialah pribadi yang seharusnya santun, bertata karma, halus dan segan kepada pria membuat terkadang penumpang berbuat seenaknya.

Terutama para klien bergender pria. Ketika melihat pramugari melayani dengan sikap kontradiktif dari kesan wanita yang seharusnya, maka ketidak sukaan muncul.

Apapun alasannya, kata dia, meskipun pramugari ini menyampaikan kebenaran, namun karena yang dihadapi adalah pria maka semua menjadi salah.

Statusnya yang sebagai pelayan diperparah dengan anggapan sosial bahwa pria lebih tinggi dari wanita. Hal ini kemudian membuat pramugari diperlakukan seenaknya.

 Demikian juga dengan petugas kereta. Ketika penumpang pria sadar yang di hadapi adalah perempuan, meski jelas wanita ini memiliki kewenangan di dalam kereta, tapi pandangan remeh selalu muncul. Hasilnya perempuan dilawan dan tidak diindahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement