Selasa 04 Jun 2013 16:35 WIB

Fenomena DO karena Menikah Masih Terjadi

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
Anak  harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi
Anak harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Fenomena siswa yang terpaksa keluar sekolah (drop out-DO), masih terjadi di SMP Satu Atap Rawasari, Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Alasan para siswa keluar ini, yakni disuruh menikah muda oleh orang tuanya serta suruh bekerja.

Kepala Sekolah SMP Satu Atap Rawasari, Amir Suryana, mengatakan, mayoritas anak-anak di Desa Rawasari, Kecamatan Plered ini hanyal lulusan SD. "Dulu, anak-anak tersebut tak melanjutkan ke SMP. Mereka harus bekerja di lio (pabrik genteng)," ujar Amir, Selasa (4/6).

Sejak adanya SMP satu atap ini, lanjut dia, pola pikir masyarakat mengalami perubahan. Banyak anak-anak yang melanjutkan sekolah. Akan tetapi, masalah terus datang. Setiap tahunnya, ada saja anak-anak terutama siswi yang terpaksa keluar, gara-gara harus dinikahkan oleh orang tuanya. Alasan lainnya, mereka dipaksa bekerja untuk menopang perekonomian keluarga. Fenomena itu, terus berjalan sampai saat ini.

Terhitung sejak 2011 sampai saat ini, sudah ada enam siswa yang drop out. Lima di antaranya perempuan. Mereka dipaksa menikah muda. Seorang lagi siswa laki-laki, yang harus bekerja untuk membantu orang tuanya.

Sepertinya, sejak 2007 sampai 2010 siswa yang keluar itu lebih dari 10 orang. Sebenarnya, lanjut Amir, pihak sekolah sudah berupaya untuk menekan kasus siswa yang keluar tersebut. Salah satunya, melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait supaya ada solusi untuk mengatasinya, termasuk berkunjung ke orang tua siswa. "Mind set seperti itu sudah jadi budaya. Makanya, sulit untuk kita ubah," ujar Amir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement