Selasa 04 Jun 2013 15:47 WIB

Polisi Diminta Jangan Main-Main Tangani Ledakan Bom Poso

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Citra Listya Rini
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Soemarno menunjukkan foto pelaku bom bunuh diri Mapolres Poso yang terjadi pada Senin (3/6) di Mapolda Sulawesi Tengah, di Palu, Selasa (4/6).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Soemarno menunjukkan foto pelaku bom bunuh diri Mapolres Poso yang terjadi pada Senin (3/6) di Mapolda Sulawesi Tengah, di Palu, Selasa (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Identitas pelaku bom bunuh diri di depan Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Senin (3/6), belum juga terpecahkan. Polisi sampai saat ini masih mengidentifikasi jasad pelaku sambil menunggu informasi dari kerabat teroris terebut agar dapat dimintai keterangan.

Sejumlah dugaan muncul terkait bagian dari kelompok manakah pelaku yang tergolong sangat nekat ini. Dengan kenyataan gaya bom bunuh diri sudah lama ditinggalkan, polisi dikejutkan dengan aksi tersebut ketika dalam beberapa bulan terakhir penangkapan teroris sangat gencar dilakukan.

Muncul dugaan dalang di balik aksi tersebut adalah Santoso. Pemimpin teroris di wilayah timur Indonesia ini merupakan buron polisi yang sampai saat ini belum juga tertangkap. Bukan tanpa alasan sejumlah pihak dan kepolisian menduga Santoso lah yang merancang serang bom bunuh diri ini.

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, pengikut Santoso dikenal sebaga teroris yang berani dan brutal. "Dia juga pemimpin dari Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (KMIT) yang dihormati teroris lainnya di Indonesia," kata pengamat Teroris Al Chaidar kepada Republika di Jakarta, Selasa (4/6).

Chaidar berujar sudah menjadi rahasia umum bahwa Santoso bahkan disebut-sebut sebagai pemimpin teroris paling disegani di Indonesia. Ia mengimbau kepada polisi agar tidak main-main menghadapi ledakan bom bunuh diri di Poso. 

"Polisi harus waspada karena Santoso yang mereka hadapi ini selalu mendapat dukungan dari kelompok lainnya di Indonesia," pesan Chaidar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement