REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ketimun bandana asli produk petani Kabupaten Lebak laku keras di pasar subuh Rangkasbitung karena kualitasnya relatif bagus dan tahan lama.
"Selama ini permintaan ketimun bandana relatif tinggi," kata Ecih, seorang pedagang di pasar tradisional Rangkasbitung, Kamis.
Keunggulan ketimun bandana itu tidak banyak mengeluarkan air juga tahan lama serta ukurannya kecil.
Ketimun bandana hanya bisa dijumpai di pasar subuh Rangkasbitung karena permintaan masyarakat cukup tinggi, terlebih banyak pesta pernikahan dan sunatan.
Produk ketimun bandana yang dikembangkan petani Desa Bojonglele dan Tambakbaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, ternyata memiliki kualitas yang bagus. Karena itu, minat masyarakat untuk mengonsumsi ketimun bandana sangat tinggi.
"Itu terbukti setiap hari puluhan ton habis terjual," katanya.
Menurut dia, kelebihan ketimun bandana selain bentuknya mulus juga kecil dengan panjang antara lima sampai tujuh centimeter.
Selain itu sangat cocok untuk bahan menu asinan, lalap dan makanan olahan.
Saat ini harga ketimun bandana sebesar Rp3.000 per kilogram.
"Kami berjualan ketimun bandana sangat menguntungkan dan bisa membantu ekonomi keluarga," kata Sumiati menjelaskan.
Begitu pula, Aminah, seorang pedagang sayuran mengaku dirinya setiap hari menampung ketimun bandana dari petani dan tidak mendatangkan dari Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.
"Kita setiap hari bisa memenuhi kebutuhan ketimun bandana dari petani lokal," katanya.
Kepala Seksi Tanaman Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Unang mengatakan, pihaknya menargetkan petani lokal bisa merebut peluang pasar akan kebutuhan jenis sayur-sayuran dengan tidak mendatangkan dari luar daerah.
Pemerintah daerah terus mengembangkan budi daya agrobisnis pertanian hortikultura karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani.
"Saat ini petani kita sudah mampu memenuhi permintaan pasar, seperti kacang panjang, ketimun bandana, terong, paria dan daun kangkung," katanya.