Sabtu 25 May 2013 17:29 WIB

Taufiq Kiemas Bersyukur Indonesia Diberikan Kesempatan Bangkit

Ketua MPR Taufiq Kiemas
Foto: Republika/Prayogi
Ketua MPR Taufiq Kiemas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI, Taufiq Kiemas menyarankan pemerintah saat ini dan di masa mendatang mencontoh dan belajar dari Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB), tentang bagaimana membangun rekonsiliasi nasional untuk Indonesia yang lebih baik dan damai.

"Saya bersyukur telah dipertontonkan rekonsiliasi yang sangat luar biasa oleh FSAB ini. Ini memberikan inspirasi pemerintah saat ini dan masa mendatang, bagaimana rekonsiliasi dilakukan dengan cara Indonesia," katanya pada HUT ke-10 FSAB di Gedung Nusantara V Senayan Jakarta, Sabtu (25/5).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Sejumlah tokoh hadir dalam HUT FSAB tersebut, di antaranya, para Wakil Ketua MPR, yakni Lukman Hakim Syaefudin, Hajriyanto Y Thohari, Melani Suharli dan Farhan Hamid, dihadiri Jenderal (Pur) Wiranto, Harry Tjan Silalahi, Harry Tanoe Soedibyo, Sardjono Kartosuwiryo, Amelia Yani, Tato Prajamanggala. Letjen (Pur) Agus Widjoyo, Batara Hutagalung, Ferry Humardani, juga terlihat dalam acara tersebut.

Hadir pula Ilham Aidit, Poppy Murad Aidit, Ilyas Sarusa, Laksamana (Pur) Mulyomuryono, Katerin Pandjaitan dan para putra-putri korban konflik dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

FSAB lahir pada 25 Mei 2003 yang di dalamnya terdapat putra-putri dan generasi penerus dari tokoh-tokoh politik yang terlibat konflik dalam perjalanan sejarah republik ini, bukan sebatas peristiwa G30S saja, namun sejak 1945, lintas zaman, lintas aliran dan ideologi. "FSAB telah terbukti memberikan keteladanan bagi kita bagaimana seluruh anak bangsa bersatu membangun bangsa," kata Taufiq Kiemas.

Menurut politikus PDI Perjuangan itu, inilah pelajaran pertama yang diberikan FSAB kepada pemerintah saat ini.

"Kita berrekonsiliasi dengan cara kita, cara Indonesia bukan dengan cara bangsa lain," kata suami Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri itu.

Taufiq mengaku bangga dan bersyukur, negeri ini diberikan kesempatan untuk bangkit. "Saya yakin itu terwujud karena mengakarnya sikap gotong royong," katanya.

Menurut Taufiq, untuk membangun rekonsiliasi memang perlu ketekunan yang luar biasa. Ia meminta FSAB terus terjaga kerukunan bangsa ini, terutama dalam mewujudkan rekonsiliasi nasional.

Sementara Ketua Panitia HUT 10 FSAB Tato S Pradjamanggala menegaskan pada awalnya memang tidak mudah untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. Tato menjelaskan anggota FSAB merupakan para korban tragedi sejarah bangsa, baik dalam peristiwa PRRI Permesta, G30S PKI dan lainnya.

"Kami tentu tak bisa melupakan sejarah hitam tragedi yang kami alami. Prahara yang menyakitkan ini buat kami bertanya, kenapa ini harus kami alami, apa salah kami? Banyak di antara kami yang termarjinalkan, tersisihkan, dan terpinggirkan selama 30 tahun," katanya.

Tato mengingatkan tragedi sejarah pahit yang menimpa seperti mereka jangan terulang kembali dan cukup mereka saja yang mengalaminya. "Ingatan kolektif itu menjadi harapan untuk tumbuh lebih baik. Memang berat. Kami harus berdamai dengan diri sendiri dulu. Kami harus konsolidasikan diri," ujar Tato.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement