REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Permaisuri Keraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hemas menyatakan prihatin dengan tergerusnya budaya Jawa di kalangan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Sikap gotong rotong, musyawarah untuk mufakat, saling menghargai atau "teposliro" yang menjadi budaya masyarakat DIY banyak yang hilang. Saat ini anarkisme mewarnai kehidupan masyarakat Yogyakarta. Ini sangat memprihatinkan," kata Hemas dalam dialog budaya "Urgensi pendidikan budaya Jawa sebagai upaya membangun karakteristik bangsa" di Yogyakarta, Sabtu.
Selain itu, ia mengatakan, generasi muda hampir tidak memperoleh pendidikan dari keluarga akan nilai-nilai yang baik sesuai dengan jati diri bangsa. "Ini semua menjadi tanggung jawab bersama, bagaimana menjadikan generasi muda selalu menjunjung tinggi budaya dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.
Menurut Hemas, menghidupkan budaya dan bahasa Jawa kepada masyarakat, khususnya generasi muda bukanlah pekerjaan mudah sebab generasi muda kurang tertarik dengan perkembangan budaya, khususnya bahasa Jawa, mereka lebih suka bahasa asing.
Ia mengatakan "kebangkitan bahasa Jawa" perlu dihidupkan kembali untuk menemukan jati diri sebagai bangsa, sebagai masyarakat DIY. "Apakah ke depan generasi muda akan berdiri di atas jati diri bangsanya sendiri atau berdiri di atas budaya asing. Saat ini, waktu yang tepat untuk membekali generasi muda tentang jadi diri sebagai bangsa," kata dia.