REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kopilot yang menerbangkan Lion Air pada 13 April lalu dua kali melaporkan tidak bisa melihat landasan pacu ketika hendak mendarat. Cuaca buruk menjadi penyebab sulitnya pendaratan yang mengakibatkan pesawat tergelincir dan mendarat di Laut Bali.
"Jarak pandang pada waktu kejadian hanya 10 kilometer," tulis laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kamis (16/5).
Dalam data cockpit voice recorder (CVR), ketika pesawat akan mendarat kopilot tidak bisa melihat landasan pacu dan memutuskan untuk berputar terlebih dahulu (15.08 WIB). Ketika itu jarak pandang hanya 1-2 kilometer. Namun kemudian landasan pacu terlihat kembali. Satu menit kemudian kopilot kembali melaporkan tidak dapat melihat landasan pacu (15.09 WIB).
Dalam rekaman closed circuit television (CCTV) bandara yang terletak di sisi selatan, terlihat kondisi cuaca di landasan pacu berubah. Awalnya hujan deras di landasan terlihat berwarna keabu-abuan. Namun empat menit sebelum kejadian kondisi cuaca di landasan berubah lebih terang.
Saat kecelakaan terjadi terdapat dua pesawat lain yang mengantre untuk lepas landas. Pada pukul 15.11 WIB, salah satu pilot pesawat yang mengantre melapor kepada Menara ATC terkait kecelakaan pesawat Lion Air.