REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum genap tigabelas tahun, maspakai penerbangan nasional, Lion Air telah mencatatkan 20 kali insiden penerbangan di berbagai tempat di Tanah Air.
Dengan begitu, secara rerata, terjadi 0,77 kali insiden penerbangan pertahun pada maskapai penerbangan Lion Air, yang memesan 464 pesawat terbang baru senilai keseluruhan 46,7 miliar dolar Amerika Serikat kepada Boeing Company dan Airbush Industrie ini. Plus, armada dari pabrikan pesawat terbang lain.
Situs wikipedia.org mencatat, insiden pada 14 Januari 2002 ketika Lion Air JT386 dengan pesawat terbang Boeing B-737-200 registrasi PK-LID, rute Jakarta-Pekanbaru-Batam gagal mengudara kemudian terjerembab setelah lebih dari lima meter badan pesawat meninggalkan landasan pacu di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Tujuh orang penumpangnya luka-luka dan patah tulang.
Kemudian pada 31 Oktober 2003, pesawat terbang narrow body MD-82 bernomor penerbangan JT787, rute Ambon-Makassar-Denpasar, keluar jalur saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar.
Pada 2004 terjadi dua insiden yaitu pesawat rute Jakarta-Palembang mendarat tidak sempurna di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang (3 Juli) dan pesawat rute Jakarta-Solo-Surabaya tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Adisumarmo, Solo (30 November).
Selanjutnya pada 2005 terjadi lima insiden yaitu salah satu ban pesawatnya kempes di Bandara Wolter Monginsidi, Kendari (10 Januari), pesawat rute Ambon-Makassar tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin (3 Februari).
Lalu pesawat rute Mataram-Surabaya tergelincir saat akan lepas landas di Bandara Selaparang (12 Februari), pesawat Jakarta-Makassar pecah ban saat mendarat di Bandara Hasanuddin (6 Mei), pesawat rute Jakarta-Makassar tergelicir saat mendarat di Bandara Hasanuddin (24 Desember).
Pada 2006, terjadi empat insiden yaitu pesawat rute Ambon-Makassar tergelincir saat akan mendarat di Bandara Hasanuddin (18 Januari), pesawat rute Denpasar-Surabaya tergelincir saat mendarat di Bandara Juanda (4 Maret).
Pesawat terbang Lion Air rute Pekanbaru-Jakarta batal lepas landas karena gangguan pada roda kiri di Bandara Sultan Syarif Kasim II (7 April), dan pesawat rute Jakarta-Makassar tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin (24 Desember).
Pada 2007, Lion Air nomor penerbangan JT311, MD-82 rute Banjarmasin-Surabaya batal lepas landas walaupun sempat meluncur di landasan pacu Bandar Udara Sjamsudin Noor, Banjarmasin (19 Maret). Sedangkan pada 2008 dilaporkan tidak terjadi insiden terkait pesawat Lion Air.
Sementara pada 2009, terdapat dua insiden yaitu Lion Air nomor penerbangan JT972 dengan nomor registrasi PK-LIO, MD-90 rute Medan-Batam-Surabaya mendarat darurat di Bandara Hang Nadim Batam akibat macetnya roda depan (23 Februari), dan MD-90 Lion Air PK-LIL tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta (9 Mei).
Selanjutnya pada 2010, Lion Air JT712, atas pesawat terbang nomor registrasi PK-LIQ bertipe Boeing 737-400 rute Jakarta-Pontianak-Jakarta tergelincir di Bandara Supadio Pontianak (3 November).
Pada 2011, terjadi empat insiden yaitu rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II (14 Februari), pesawat rute Medan-Pekanbaru-Jakarta dengan nomor penerbangan JT0295 bertipe Boeing 737-900ER tergelincir di Pekanbaru pada pukul 17.00 WIB (15 Februari). Inilah insiden pertama pada tipe B-737-900ER yang baru saja dibeli Lion Air dari Boeing Company.
Terakhir, pesawat Lion Air JT904 Boeing 737-800NG jurusan Bandung-Denpasar terbelah menjadi dua bagian di bibir pantai akibat tergelincir saat hendak mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, 13 April 2013. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.