REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kapolda DIY, Brigjen Sabar Raharjo membantah bekerja sama dengan TNI terkait penyerangan Lapas Cebongan, Sleman. Bahkan, dia mengaku terkejut ketika mengetahui pelakunya merupakan oknum anggotan Kopassus TNI AD. "Demi Allah saya sama sekali belum tahu kalau penyerangnya TNI," kata Sabar pada Republika, Jumat (5/4).
Menurutnya, pihak Polda sama sekali tidak melakukan tawar menawar tahanan seperti yang selama ini dicurigai. Meski pun kasus pembunuhan Sertu Santoso di Hugo's Cafe saat itu dinilai menonjol. Namun tidak ada tekanan sedikit pun dari pihak TNI.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Kris Erlangga menambahkan, pihak TNI hanya meminta agar kepolisian segera mengusut kasus tersebut secara cepat. Termasuk meminta pelakunya diganjar hukuman yang berat. Karena itu, kasus yang awalnya ditangani oleh Polres Sleman segera diambil alih oleh Polda DIY.
"Namun saya luruskan, empat tahanan tidak pernah ditahan di Polres, hanya diintrogasi," ujar Kris.
Dia juga mengatakan, penetapan empat tersangka pelaku pengeroyokan dan pembunuhan Sertu Santoso dinilai sesuai prosedur. Karena polisi telah mengumpulkan beberapa alat bukti yang dianggap cukup dalam menyimpulkan ke empatnya sebagai tersangka.
Kemudian, terkait pemindahan para tahanan ke LP Cebongan, lanjutnya, dipilih karena lokasi terjadinya perkara. Bukan LP kelas II A yang berada di Kota Yogyakarta.