REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemilihan ketua umum secara aklamasi gencar disebut oleh beberapa anggota majelis tinggi Partai Demokrat.
Opini bahwa kongres luar biasa (KLB) hanya sebagai formalitas dan demokrasi semu pun bermunculan seiring dengan menguatnya rencana pemilihan secara aklamasi itu.
Ketua DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron menilai salah bila pemilihan secara aklamasi dianggap sebagai demokrasi semu. Lantaran musyawarah dan mufakat merupakan perwujudan demokrasi yang harusnya diutamakan ketimbang votting.
Apalagi, dalam situasi partai yang masih belum stabil, pemilihan secara musyawarah mufakat menurutnya salah satu pilihan terbaik.
"Dalam situasi seperti ini sebaiknya dicari kesepakatan mufakat. Agar KLB bisa dilakukan secara kondusif," kata Herman saat dihubungi Republika, Ahad (17/3).
Partai Demokrat, lanjut Herman, saat ini tengah berkejaran dengan waktu. Penyerahan daftar calon sementara (DCS) ke KPU sudah semakin dekat.
Sedangkan persoalan internal pascakeluarnya Anas Urbaningrum juga masih belum tuntas secara keseluruhan. Karenanya, bila pemilik suara pada kongres bisa memilih ketum secara musyawarah dan mufakat, maka akan menjadi lebih baik bagi Demokrat.
"Kalau semua memahami urgensi KLB, kemudian ada kesamaan hati itu lebih baik bagi partai," ungkap Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.
Wakil Ketua Fraksi Demokrat DPR itu juga menyatakan bahwa tidak perlu dijadikan masalah bila majelis tinggi menyodorkan nama calon ketum. Asalkan, nama tersebut disetujui dan disepakati secara bersama oleh pemilik suara kongres.
Karena menurutnya majelis tinggi tentu tidak akan mau menimbulkan friksi dalam internal partai dengan memaksakan nama tertentu. Dengan begitu, diyakini politisi yang dikenal dekat dengan Anas Urbaningrum ini suara DPD dan DPC tetap menjadi penentu siapa yang akan terpilih sebagai ketum Demokrat.
KLB Partai Demokrat akan dilangsungkan di Denpasar, Bali pada 30-31 Maret 201 nanti. Sebelum KLB digelar, muncul beberapa nama yang meramaikan bursa calon ketum pengganti Anas Urbaningrum. Diantaranya, Marzuki Alie, Hadi Utomo, Saan Mustopa, Toto Riyanto, dan tokoh nonkader Pramono Edhie Wibowo.