REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bali mengekspor hasil industri kecil skala rumah tangga dari bahan baku bambu sebesar 12,86 juta dolar AS selama tahun 2012, atau meningkat 22,80 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya meraup 10,47 juta dolar AS.
"Namun dari segi volume pengapalan matadagangan bernilai ekonomis tinggi ke pasaran luar negeri itu merosot 42,58 persen," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Senin (4/3).
Ia mengatakan, pengapalan berbagai jenis mata dagangan dari bahan baku bambu dengan sentuhan nilai seni itu selama tahun 2011 tercatat 9,69 juta unit menjadi hanya 5,56 juta unit.
Hal itu menunjukan aneka jenis cindera mata hasil sentuhan tangan-tangan terampil merajin Bali itu dihargai semakin mahal di pasaran luar negeri.
Ketut Teneng menjelaskan, hasil kerajinan dari bahan baku bambu itu merupakan salah satu dari 17 jenis hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang berhasil dipasarkan ke mancanegara. Hasil kerajinan kombinasi antara bambu dan rotan itu antara lain berupa tempat koran, bakul, topi berbentuk kerucut, dompet dan aneka jenis cindera mata yang unik dan menarik.
Selain ekspor matadagangan itu juga dipajangkan para pedagang di sejumlah objek wisata yang juga banyak dibeli wisatawan dalam dan luar negeri saat berliburan di Pulau Dewata. Andil kerajinan bambu itu masih kecil hanya sekitar 2,67 persen dari total ekpor Bali secara keseluruhan yang mencapai 481,83 juta dolar AS selama 2012.
Ketut Teneng menambahkan, aneka jenis cindera mata dari bahan baku bambu itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni mencapai 35,77 persen, menyusul pasaran Hong Kong 9,82 persen, Jepang 4,53 persen, Australia 7,81 persen, Singapura 0,41 persen, Thailand 1,17 persen dan Inggris 3,06 persen. Selain itu juga Prancis 0,31 persen, Jerman 4,36 persen, Belanda 0,96 persen dan 31,80 persen sisanya diserap sejumlah negara lainnya.