REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Metereologi Publik BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo menuturkan Jakarta tidak mendapat efek langsung siklon tropis yang melewati beberapa perairan Indonesia.
"Wilayah Jakarta biasanya mendapat efek tidak langsung siklon tropis yang terjadi di wilayah perairan Indonesia," ujar Mulyono dihubungi, Jumat (1/3).
Mulyono menuturkan siklon tropis yang melewati perairan selatan Indonesia tepatnya di NTT/ NTB/ Papua-Australia bagian utara memberikan dampak tidak langsung terhadap Jakarta yaitu angin dengan hembusan yang persisten dengan kecepatan 30km/ jam hungga 40-45km/ jam.
"Sedangkan pertumbuhan awan yang dapat menghasilkan hujan dengan intensitas sedang yaitu 20-50mm dalam satu hari terjadi di wilayah sekitar NTT, NTB, dan Papua," kata Mulyono.
Menurut Mulyono sangat kecil kemungkinan siklon tropis melewati wilayah Indonesia. Siklon tropis, kata Mulyono, lebih banyak tumbuh di selatan atau utara wilayah Indonesia. Untuk wilayah >5° Lintang Selatan musim siklonnya November hingga Maret dan untuk wilayah >5°Lintang Utara musim siklonnya Mei-Oktober.
"Efek siklon tropis hanya berlangsung beberapa saat. Bulan Maret dan seterusnya diprediksi hujan sudah mereda dan potensi hujan lebat sudah berkurang," kata Mulyono.
Sebelumnya,BNP mengalihkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari Jakarta menujur Yogyakarta. Meski dialihkan, Kepala Pusat data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menuturkan kemungkinan TMC di Jakarta tetap akan dilakukan karena masih ada potensi banjir akibat munculnya siklon tropis.
"Kepala Dinas PU DKI minta agar TMC di Jakarta diteruskan hingga pertengahan Maret karena ada siklon tropis dikhawatirkan dapat menimbulkan banjir di Jakarta," kata Sutopo.
Dinas PU DKI Jakarta, lanjut Sutopo, akan menyampaikan kepada gubernur DKI Jakarta untuk mengirim surat kepada kepala BNPB agar TMC di Jakarta bisa dilanjutkan. "BNPB masih menunggu surat tersebut," ujar Sutopo.