Ahad 24 Feb 2013 16:14 WIB

Tiga Kali Gagal Panen, Petani Tuntut Bantuan Benih

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
benih padi - ilustrasi
benih padi - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Mayoritas petani di Desa Jaya Mulya, Kecamatan Cibuaya, merugi akibat gagal panen. Bahkan, kegagalan menjelang panen ini sudah tiga kali berturut-turut. Meskipun sudah tiga kali gagal panen, namun para petani ini tak mendapat bantuan benih dari pemerintah. Padahal, mereka sudah mengusulkannya. Namun, belum teralisasi.

Awing (42 tahun), petani asal Dusun Kersa Jaya, Desa Jaya Mulya, mengatakan, gagal panen ini sudah berlangsung sejak musim rendeng 2011/2012. Kemudian, musim gadu pertama 2012, serta musim gadu kedua 2012. Kegagalan ini, disebabkan oleh cuaca ekstrim serta hama tikus yang menyerang area persawahan.

"Kami, sudah tiga gali gagal panen, tapi tidak ada perhatian dari pemerintah," ujar Awing, Ahad (24/2).

Gagal panen pertama, akibat serangan hama. Banyak petani yang tak bisa panen. Kemudian pada musim gadu, petani kekurangan air. Akibatnya, masa tanam mundur sampai tiga bulan. Ketika memasuki penghujung 2012, petani di Jaya Mulya baru bisa tanam. Sebab, airnya sudah ada.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, masa tanam musim gadu dua ini menyebrang ke 2013. Tak hanya itu, di awal tahun ini ketersediaan air cukup melimpah. Sebab, sudah memasuki masa penghujan. Dengan kondisi itu, banyak area sawah yang tergenang banjir. Akibatnya, persemaian membusuk.

Setelah banjir surut, petani kembali melanjutkan masa tanam. Namun, menjelang panen raya musim gadu dua ini, justru tikus merajalela. Akibat kondisi ini, petani kembali merugi. Seharunya, petani bisa memetik hasil, ternyata malah buntung. Sebab, padi yang belum genap 100 hari itu sudah ludes dimakan tikus.

"Banyak petani yang stres dengan kondisi saat ini," jelasnya.

Disebutkan Awing, bila dilihat dari nominal, kerugian yang dialami petani cukup besar akibat gagal panen ini. Pasalnya, biaya produksi dari mulai mengolah sawah sampai menjelang panen, antara Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta per hektare (ha). Biaya produksi itu, tak kembali. Sebab, sawahnya tak bisa dipanen.

Petani lainnya, Waslim (65 tahun), mengatakan, akibat tiga kali berturut-turut gagal panen, banyak petani yang trauma tanam. Seharusnya, pada awal Februari kemarin di desa ini sudah ada yang mulai tanam untuk musim rendeng 2013. Namun, karena masih ketakutan, keinginan itu akhirnya ditahan dulu.

"Kami tak mau gagal panen lagi," ujar petani yang memiliki 20 hektare sawah ini.

Apalagi, sampai saat ini pemerintah tak memberikan bantuan apapun kepada petani yang gagal panen. Jangankan bantuan, turun ke lapangan saja tidak ada. Padahal, lanjut dia, petani ini ingin diperhatikan. Minimal, ada bantuan benih bagi petani. Akan tetapi, sepertinya petani ini dianak tirikan oleh pemerintah.

Sementara itu, Kepala Desa Jaya Mulya, Ahmad Asnawi, mengaku, pihaknya sudah beberapa kali melaporkan kondisi ini ke instansi terkait. Namun, sampai saat ini belum ada jawaban. Pernah, ada pemberian bantuan saat gagal panen musim gadu pertama. Saat itu, pemerintahan desa melaporkan yang gagal panen itu mencapai 200 ha dari luas total 420 ha.

Namun sayang, saat bantuan berupa benih itu sudah ada jumlahnya tak memadai. Yakni hanya tujuh kwintal. "Padahal, kebutuhannya itu mencapai empat ton. Karena, per hektarenya menghabiskan 25 kilogram benih," jelasnya.

Dengan bantuan yang tujuh kwintal ini, akhirnya Desa Jaya Mulya tak mengambil benih. Pasalnya, akan menjadi polemik tersendiri bila bantuan itu di ambil. Sebab, antara petani yang merugi dengan benih yang disediakan tak berbanding lurus.

Termasuk juga musim panen saat ini, keinginan petani hanya satu ada perhatian dari pemerintah. Minimal, ada bantuan benih gratis. Supaya, beban petani berkurang.

Selain Jaya Mulya, lanjut Asnawi, kondisi serupa juga terjadi di desa lainnya di Kecamatan Cibuaya. Seperti, Desa Kedung Jaya. Bahkan, bila dikalkulasikan jumlah area sawah yang gagal panen di kecamatan ini, lebih dari 1.500 hektare. Soalnya, di Cibuaya ada 11 desa, yang seluruhnya mengalami keterlambatan tanam akibat kekurangan air. Terus, panen sekarang justru gagal akibat serangan tikus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement