REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai perayaan tahun baru Imlek telah menjadi bagian penting budaya Indonesia. Bahkan, perayaan Imlek telah memupuk dan mengikat semangat persaudaraan dan toleransi.
"Tahun baru Imlek telah menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang kehadirannya makin memupuk dan mengikat rasa persaudaraan, kekeluargaan dan semangat toleransi," kata SBY saat menghadiri perayaan tahun baru Imlek nasional 2564 di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (19/2) sore.
Menurut SBY, perayaan tahun baru Imlek tidak hanya disambut dengan suka cita oleh umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa tetapi juga disambut meriah oleh segenap warga bangsa di seluruh tanah air. Dalam 14 tahun terakhir, ujar SBY, kemeriahan perayaan Imlek telah menjadi pesta rakyat.
Perayaan Imlek tahun kali ini bertema "Rasa Malu Besar Artinya bagi Manusia" dan diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).
Menurut Sekretaris Dewan Rohaniawan MATAKIN Budi S Tanuwibowo dalam keterangan tertulisnya, tema itu sengaja diangkat untuk menyegarkan kembali kesadaran tentang arti pentingnya hidup lurus sesuai tata nilai yang seharusnya dijunjung tinggi setiap insan, utamanya terkait dengan kejujuran dan pantang korupsi.
Turut mendampingi SBY dalam perayaan tahun baru Imlek nasional 2564, antara lain Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dan sejumlah staf khusus presiden.
Hadir pula Ibu Shinta Nuriyah Wahid dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh seni pertunjukan Barongsai dan warna merah yang sangat identik dengan masyarakat Tionghoa.