Senin 18 Feb 2013 21:38 WIB

Propam Polri Diminta Usut Pembubaran Peluncuran Buku dengan Gas Air Mata

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Presidium IPW Neta S Pane
Ketua Presidium IPW Neta S Pane

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan gas air mata yang terjadi di Café Teebox di Jakarta Selatan pada Ahad (17/2) malam dinilai sebagai bentuk kearoganan polisi. Acara peluncuran buku 'Negeri Pelangi' yang dihelat di tempat tersebut harus berakhir prematur karena dibubarkan polisi.

Indonesian Police Watch (IPW) menyesalkan cara agresif polisi saat membubarkan acara tersebut. "Ironis sekali, ini akan acaranya peluncuran buku yang bisa dikatakan sebagai kegiatan budaya malah menjadi kacau karena aksi polisi," ujar dia melalui pesan elektornik yang diterima Republika, Senin (18/2).

Neta berujar, tak sepatutnya upaya polisi yang sebenarnya berniat menertibkan malah berbuah kekacauan. Terlebih, diketahui lima orang pingsan akibat insiden yang terjadi di café yang berlokasi di Jl. Wijaya II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini.

"Satu lagi yang membuat ini semakin sulit diterima. Kejadian semalam itu berlangsung di depan Polres Jakarta Selatan, benar-benar arogan," kata dia.

Neta pun menilai peristiwa tersebut adalah bentuk kegagalan Polri dalam melakukan reformasi. Dia pun meminta agar Mabes Polri segera menurunkan satuan Profesi dan Pengamanan (Propam) untuk mengusut kebenaran dari peristiwa tersebut.

"Cara-cara represif seperti ini sudah tidak bisa lagi diterapkan. Polisi harus berbenah dari sikap, periaku dan kinerja," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement