REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Maraknya pengerukan tanah untuk mencari biji emas di Ambon, membuat Wali Kota Richard Louhenapessy. Pasalnya, pengerukan tanah bisa berdampak timbulnya bencana alam.
Karenanya, Richard Louhenapessy menegaskan tidak ada kandungan emas di wilayah yang dipimpinnya. "Hasil pengujian tim LIPI Bandung dan Dinas ESDM Maluku menyatakan satu ton tanah di desa Hative Kecil kecamatan Sirimau menghasilkan 0,26 mg emas. Itu artinya tidak ada kandungan emas di kawasan tersebut," katanya, di Ambon, Rabu (13/2).
Ia berharap warga dan pihak keluarga pemilik lahan tidak melakukan penggalian. "Karena tidak ada kandungan emas di kawasan tersebut," tegas Richard.
Richard menuturkan aktivitas penambangan emas sempat terjadi di kawasan seperti Batu Gajah, Air Besar, Hative Kecil, Hative Besar, dan Tawiri di Kota Ambon.
"Sejak informasi adanya aktivitas penambangan tradisional tersebut muncul, kami langsung menutup dan melarang aktivitas dilakukan," katanya.
Diakui Richard, pihaknya telah menyurati kepala desa dan raja untuk menutup aktifitas penambangan di daerah itu.
"Kami memberikan peringatan kepada raja setempat secara resmi dengan memberikan peringatan tertulis agar menutup aktivitas penambangan," katanya.
Penutupan lokasi tambang mempertimbangkan aspek lingkungan, keamanan yang dinilai berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Dampak penambangan, lanjutnya dapat merusak Teluk Ambon. Belum lagi dampak sosial yang mungkin timbul jika penambangan tetap dilanjutkan.
"Langkah ini ditempuh melihat pengalaman tambang emas di gunung botak, pulau Buru. Kami tidak mau Ambon sama seperti gunung botak," katanya.
Lokasi tersebut, kata Richard, juga tidak memenuhi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) karena berdekatan dengan pemukiman warga dan sungai. "Kawasan tersebut tidak layak dijadikan lokasi penambangan karena dekat dengan kawasan pemukiman dan jelas akan mengganggu warga," imbuh Richard menjelaskan.