REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, mengakui kondisi partai koalisi tidak terlalu baik saat ini. Namun koalisi masih tetap bisa dipertahankan hingga pemilu mendatang.
Memang, ujar Hidayat, ada beberapa hal yang berjalan kurang lancar di tubuh koalisi. Salah satunya, ketika partai koalisi rapat, PKS memang diundang. “Namun sayangnya, dalam rapat tersebut keputusan sudah dibuat tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan PKS, jadi kami tidak dilibatkan dalam membuat keputusan,” katanya di Jakarta, (7/2).
Selain itu, ujar Hidayat, partai-partai yang tergabung dalam koalisi sebenarnya memiliki jadwal pertemuan dua bulan sekali untuk membicarakan berbagai masalah yang ada. Namun hal itu juga tidak berjalan dengan baik. Partainya diundang hanya ketika masalah sudah terjadi, bukan diundang untuk mencegah terjadinya masalah.
Kalau ini terus berlangsung, terang Hidayat, seolah-olah partainya hanya menjadi pemadam kebakaran. Setiap ada api yang membesar baru dipanggil. Harusnya partai yang dipimpinnya diajak berdiskusi untuk membuat keputusan dalam pemerintahan. “Kami juga mempunyai andil dalam pemerintahan ini,” terangnya.
Memang, ujar Hidayat, terdapat beberapa politisi dari partai koalisi yang menyuarakan pendapat kurang menyenangkan terkait prahara yang menimpa PKS. Tetapi ia melihatnya sebagai suara perseorangan saja. “Itu tidak mewakili sikap partai secara keseluruhan,”ujarnya.
Sejauh ini, terang Hidayat, masing-masing anggota partai koalisi masih saling menghormati satu sama lain. Tidak ada partai yang mencampuri urusan internal anggota partai koalisi lainnya.
Sebaiknya para politisi dari anggota partai koalisi, kata Hidayat, menjaga sikap dan tidak berbicara negatif mengenai partai lainnya. Ini perlu dilakukan agar suasana tidak memanas. “Masing-masing anggota partai koalisi sebaiknya melaksanakan tugasnya masing-masing agar bangsa semakin maju,” katanya.