REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri mengerahkan 1.300 personel yang dibantu dengan tenaga TNI untuk mengatasi kerusuhan di Kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
Pengamanan dilakukan agar kerusuhan yang sempat terjadi pada Selasa (22/1) petang tidak terulang.
“Sampai saat ini sendiri Polres Sumbawa sedang memeriksa 90 orang terkait bentrok antarwarga kemarin,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (23/1).
Boy berujar, kesembilan puluh orang yang diperiksa ini masih sebatas saksi, akan tetapi mereka diduga kuat ikut dalam bentrok tersebut.
Dari keterangannya, bentrokan yang melibatkan lebih dari dua ratus orang ini dipicu oleh sebuah kesalah pahaman.
Selasa (22/1) kemarin, masa yang didominasi rombongan mahasiswa Universitas Sumbawa ini meminta Polres Sumbawa mengungkap sebuah kasus yang melibatkan anggota kepolisian.
Seorang oknum kepolisian yang berpangkat brigadir diduga telah melakukan pembunuhan disertai pemerkosaan kepada rekan sekampus mereka
“Beredar isu seorang mahasiswi dari universitas tersebut dianiaya oleh oknum polisi setempat. Tapi itu salah paham,” tegas dia.
Polisi pun bersikeras bahwa kematian mahasiswi itu murni akibat sebuah kecelakaan motor. Tak terima dengan tanggapan tersebut, massa tiba-tiba mengamuk dan melakukan sejumlah aksi kekerasan di beberapa pura dan rumah-rumah yang mereka lintasi.
Tercatat tiga belas rumah, dua toko, hotel, serta pasar tradisional rusak. “Namun tidak ada korban jiwa dalam kerusuhan tersebut,” kata Boy.