Jumat 18 Jan 2013 23:57 WIB

Pengungsi Jati Asih Keluhkan Minimnya Penerangan

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Fernan Rahadi
Seorang warga berusaha mengeringkan sisa air akibat banjir yang menenggelamkan rumahnya di Komplek Dosen IKIP, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat
Foto: Republika/Bambang Banguntopo
Seorang warga berusaha mengeringkan sisa air akibat banjir yang menenggelamkan rumahnya di Komplek Dosen IKIP, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JATI ASIH -- Warga pengungsi korban banjir di Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih, Bekasi mengeluhkan kurangnya penerangan di posko pengungsian. Seain itu, tidak ada koordinasi yang jelas.

Slamet, pengungsi Pondok Gede Permai, menyatakan, tidak adanya penerangan di posko pengungsian. Padahal posko pengungsian sudah mulai didirikan sejak siang tadi.

"Dari pas tenda dibangun, tidak ada petugas yang mempersiapkan penerangan, seperti lampu neon. Padahal kan, paling tidak kami di sini sampai malam. Malahan lampu senter juga gak ada,'' ujar Slamet kepada Republika, Jumat (17/1).

Berdasarkan pantauan Republika, ada tiga tenda yang dipasang sebagai pos pengungsian, pos kesehatan, dan dapur umum. Posko pengungsian dibangun di tanah lapang di depan pintu masuk Pondok Gede Permai (PGP).

Jumlah pengungsi di posko ini sekitar 30 orang, sementara pengungsi yang sakit mencapai 15 orang.  Tim relawan pun telah menyediakan obat-obatan ringan, pasalnya rata-rata warga yang sakit menderita pusing-pusing, demam, dan masuk angin.

Peni, salah satu pengungsi, juga menyanyangkan ketiadaan penerangan di posko. ''Kan banyak orang tua dan yang sakit. Masa gak ada sih genset,'' ujarnya.

Untuk menyiasati minimnya penerangan, tim relawan menggunakan lampu kendaraan. Selain itu, sebagian warga pengungsi juga harus menyalakan lilin untuk penerangan. Hingga kini, tim relawan masih berusaha mendatangkan eenset dari Kodim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement