Sabtu 29 Dec 2012 19:20 WIB

Ini Kata Kriminolog Soal Aksi Penodongan di Mikrolet 06A

Rep: Alicia Saqina/ Red: Setyanadivita Livikacansera
Sopir Angkot di Terminal Kampung Melayu
Foto: Antara
Sopir Angkot di Terminal Kampung Melayu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi penodongan terhadap penumpang di dalam angkutan kota (angkot) dengan menggunakan senjata tajam, kembali terjadi. Terakhir, peristiwa semacam ini terjadi pada Sabtu (29/12) dini hari tadi, di Jalan DI Panjaitan, Jatinegara, Jakarta Timur.

Akibat peristiwa ini pun, satu orang penumpang angkot M 06A berjurusan Kampung Melayu-Gandaria tersebut, tewas.

Kriminolog Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana, mengatakan, sistem dan kondisi angkutan umum di Indonesia saat ini, memang belum mampu memberikan keamanan terhadap penumpangnya. ''Sistem yang dimiliki oleh transportasi publik di Indonesia tidak terkontrol dan tidak terintegrasi,'' tutur Erlangga kepada Republika, Sabtu (29/12) sore.

Ia menjelaskan, sistem angkutan umum yang dimiliki saat ini belum terkontrol dan belum terintegrasi dengan baik, maka bentuk-bentuk atau aksi tindak kriminal jalanan atau street crime, tak akan pernah putus.

Menurutnya, aksi pencopetan, penodongan, dan penjambretan di dalam angkutan umum atau tindak kriminalitas jalanan lainnya, juga akan tetap akan muncul kembali.

Erlangga mengungkapkan, maka untuk meminimalisasi hal ini, perlu dibangunnya sistem manajemen transportasi umum yang baik.''Salah satunya yaitu, di dalam setiap angkutan harus terpasang CCTV  yang terkoneksi dengan pihak keamanan,'' ucap Erlangga.

Tujuan dari tersambungnya kamera pengawas kepada pihak aparat berwenang, tentu akan memudahkan terciptanya salah satu bentuk pengamanan pertama dalam angkutan. Keberadaan perangkat teknologi ini, menurut Erlangga sangat lah penting. ''Sekarang, harga CCTV juga sudah murah,'' kata dia.

Selain itu, dikatakan, perlu hadirnya personel-personel kepolisian di titik-titik keramaian yang tidak mengenakan seragam.''Di dalam angkutan, pengamanan lainnya, adanya pemisahan antara penumpang pria dan wanita,'' imbuhnya.

Soal manajemen dari pihak angkutan umumnya, sebut Erlangga, agar tidak lagi seperti yang sekarang. Menurutnya, penataan administrasi angkutan umum pun diperlukan. ''Supirnya yang tersertifikasi. Hal-hal seperti ini perlu diberitahukan pada masyarakat,'' tuturnya.

Terhadap peristiwa ini pun, masyarakat tidak bisa pula disalahkan. Menurut Erlangga, masyarakat berada dalam posisi yang sulit. ''Masyarakat juga bingung, harus memilih yang mana. Di satu sisi memilih angkot karena harga, waktu. Kemudian jika naik angkutan lain, taksi, juga tidak menjamin,'' paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement