Senin 17 Dec 2012 17:45 WIB

Bahasa Bangka Belum Masuk Muatan Lokal

REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAILIAT, BANGKA -- Bahasa Bangka belum masuk kurikulum pelajaran muatan lokal di Kabupaten Bangka, karena minimnya kosa kata. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bangka, Yunan Yazid di Sungailiat, Bangka, Senin (17/12).

Ia mengatakan, berbeda dengan Bahasa Jawa atau yang lain, Bahasa Bangka memiliki sedikit sekali kosa kata asli Bangka, sisanya merupakan Bahasa Melayu yang mirip Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, Yunan menyatakan, Bahasa Bangka belum dimasukkan ke dalam pelajaran muatan lokal.

Mata Pelajaran muatan lokal yang sekarang ada, menurut Yunan, berisi pembelajaran mengenai sejarah, tari-tarian, lagu-lagu, kerajinan dan makanan khas dari Bangka. "Inti dari pelajaran muatan lokal yang saat ini diajarkan adalah untuk mengenalkan pengetahuan kepada para siswa mengenai ragam budaya yang ada di Pulau Bangka," katanya.

Yunan menambahkan, pendidikan muatan lokal sangat penting bagi para siswa, terutama untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap budaya bangsa. "Kita perlu memasukkan rasa cinta tanah air melalui pengenalan kekayaan budaya bangsa yang terdapat dalam pelajaran tersebut," katanya.

Pendidikan karakter dalam pelajaran muatan lokal, kata Yunan, sangat penting bagi perkembangan siswa. Sebelumnya, Pakar Sosiolinguistik Prof Fathur Rokhman mengatakan, selain mengajarkan Bahasa Daerah, Bahasa Inggris juga harus ditempatkan pada pembelajaran muatan lokal, bersanding dengan Bahasa Daerah, karena memang bukan pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar.

Menurut Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja sama Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut, dalam konteks global yaitu seiring meningkatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan komunikasi internasional, maka perkembangan pembelajaran Bahasa Inggris mulai dari sekolah dasar sangat diperlukan.

Namun, kata dia, tidak menyisihkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan Bahasa Daerah sebagai kekayaan lokal. Pembelajaran Bahasa Inggris dapat ditempatkan pada muatan lokal dan kegiatan ekstrakuler dimulai dari kelas tinggi.

Ia mengatakan, paradigma pembelajaran Bahasa Inggris selama ini di sekolah dasar keliru. Pembelajaran Bahasa Inggris selama ini berorientasi pada gramatikal dan hafal kosakata bukan pada kompetensi komunikatif tingkat dasar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement