Senin 26 Nov 2012 10:46 WIB

Jalur Kereta yang Melintasi Purwakarta Rawan Longsor

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
 Rangkaian kereta api (KA) kelas ekonomi jurusan Bandung-Yogyakarta melintas di Jalan Lingkar Nagreg, Kabupaten Bandung, Jabar, Kamis (16/8).  (Adhi Wicaksono)
Rangkaian kereta api (KA) kelas ekonomi jurusan Bandung-Yogyakarta melintas di Jalan Lingkar Nagreg, Kabupaten Bandung, Jabar, Kamis (16/8). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Memasuki musim penghujan, sejumlah titik jalur kereta api rawan longsor. Seperti, antara Stasiun Purwakarta sampai Ciganea. Dari Ciganea ke Sukatani. Kemudian, dari Stasiun Sukatani ke Plered. Titik-titik tersebut, saat ini diwaspadai secara ketat.

Humas PT KAI Daerah Operasional (Daops) 2, Bambang Satrio Prayitno, mengatakan, saat ini  curah hujan cukup deras. Bahkan, sering disertai dengan angin kencang. Kondisi ini, tentunya berdampak buruk terhadap arus kereta api. Pasalnya, jarak pandang masinis berkurang. Akibat, terhalang curah hujan serta angin. "Untuk itu, kami sangat mewaspadai cuaca seperti ini," ujar Bambang, Senin (26/11).

Karenanya, Daops 2 Bandung melakukan siaga dan kewaspadaan penuh terhadap perjalanan kereta dari wilayah barat, yaitu yang dimulai dari Purwakarta hingga Bandung. Juga wilayah timur, dari  Bandung hingga Banjar.

Untuk  antisipasinya, komunikasi melalui jaringan radio diintesifkan. Sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sementara untuk antisipasi jalur kereta yang rawan terhadap pergerakan tanah, ada petugas khusus untuk melakukan pengawasan, seperti petugas juru periksa jalan ekstra (JPJ).

Bila hari normal, petugas JPJ ini hanya dua orang. Akan tetapi, selama musim hujan ditambah jadi tiga orang.

Begitu juga dengan petugas khusus jembatan-jembatan  panjang dan terowongan. Petugas ini, ada penambahan.

Selain itu, ada regu siaga 24 jam atau Flyng Gang. Regu ini, siap di lokasi-lokasi strategis. Mereka, akan siap bergerak bila terjadi  masalah di sepanjang jalur kereta tersebut.

Daops 2 juga telah berkoordinasi dengan masyarakat. Khususnya yang berdekatan dengan jalur kereta. Supaya,  melarang mereka melakukan alih fungsi lahan milik PT KAI menjadi kebun atau perumahan. "Sebab, alih fungsi ini membahayakan," jelas Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement