Jumat 19 Oct 2012 13:06 WIB

Pemilih Pragmatis Pilih Figur Karena Kedekatan

Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakar politik Firman Noor mengatakan kondisi masyarakat saat ini sudah semakin pragmatis terhadap politik sehingga pemilih lebih memilih figur karena faktor kedekatan.

"Figur saat ini lebih penting dibandingkan partai politik. Dalam partisipasi politik partai politik sudah menjadi referensi terakhir," kata Firman Noor di Jakarta, Jumat.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menjadi salah satu pembicara dalam talkshow DPD RI Perspektif Indonesia "Adu Figur atau Adu Figur?" yang diadakan di Pressroom DPD RI.

Karena itu, dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum, pemilih akan mempertanyakan figur terlebih dahulu baru melihat latar belakang partai tokoh tersebut.

"Dengan aturan main yang menetapkan anggota legislatif dipilih dengan mekanisme proporsional terbuka, pertarungan yang terjadi pun semakin individual. Calon dari partai yang sama pun harus bersaing," katanya.

Namun, kata dia, keberadaan partai politik tidak bisa dilepaskan dalam sistem demokrasi di Indonesia. Sebab, partai politik merupakan kebutuhan alamiah dari sistem demokrasi.

"Masyarakat tetap membutuhkan demokrasi. Meskipun kalau bicara tentang partai politik, hasil survei menyatakan berbeda," katanya.

Dalam pemilihan kepala daerah, keberadaan figur pun semakin menjadi faktor utama dalam meraih kemenangan. Namun, dia mengatakan setidaknya ada beberapa tipe kemenangan pemilihan kepala daerah.

Yang pertama adalah kemenangan eksesif, yaitu kemenangan yang diraih seorang figur yang telah berhasil menunjukkan prestasinya sebagai pemimpin. Tipe ini, kata Firman, terlihat pada kemenangan Joko Widodo dalam pemilihan Walikota Solo.

Tipe yang lain adalah tipe kemenangan "predictable", yaitu yang terpilih dalam pemilihan kepala daerah adalah calon yang diusung partai politik pemenang pemilu di daerah itu.

"Namun di beberapa daerah, ada juga yang tipe berlawanan. Yaitu kepala daerah yang terpilih bukan berasal dari partai politik berkuasa di daerah itu," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement