REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gempa berkekuatan 5,6 Skala Richter pada Kamis (9/8) pukul 18.04 WIB di lokasi yang berjarak 61 kilometer tenggara Lombok Tengah tidak mengganggu aktivitas penyeberangan di lintas pelabuhan Poto Tano (Sumbawa Barat)-Kayangan (Lombok Timur).
Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Kayangan M Yasin yang dihubungi dari Mataram mengakui guncangan gempa terasa cukup keras di Pelabuhan Kayangan, namun tidak mengganggu aktivitas penyeberangan yang menghubungkan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
"Sempat muncul kekhawatiran bahwa gempa itu berpotensi tsunami yang membahayakan aktivitas penyeberangan, namun setelah ada informasi bahwa gempa tidak berpotensi tsunami kami merasa lega," katanya.
Ia mengatakan, sesaat setelah terjadi gempa pihaknya mengontak kapal yang sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Poto Tano maupun Kayangan, namun menurut informasi dari nakhoda kapal situasinya cukup aman.
"Justru setelah terjadi gempa berkekuatan 5,6 SR gelombang yang sebelumnya cukup tinggi mencapai 0,5 hingga 1 meter di perairan Selat Alas, berubah menjadi tenang. Ini cukup mengherankan," kata Yasin.
Menurut informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa terjadi pada titik koordinat 9.27 lintang selatan (LS)-116.37 bujur Timur (BT) pada kedalaman 77 kilometer di bawah dasar laut.
Gempa yang terjadi beberapa detik itu dirasakan cukup keras di Lombok Tengah karena merupakan wilayah I terdekat dari lokasi gempa, yang berjarak 61 kilometer tenggara Lombok Tengah.
Sementara wilayah II yang lokasinya 78 kilometer barat daya Kabupaten Sumbawa Barat dan wilayah III 81 kilometer tenggara Kota Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Hingga kini belum ada informasi mengenai adanya kerusakan bangunan akibat gempa berkekuatan 5,5 SR yang dirasakan oleh sebagian warga di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa itu.