REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Darwin, Australia tak hanya untuk membeli sapi, tetapi juga untuk membeli lima pesawat Hercules C-130.
"Menurut rencana sekitar lima Hercules C-130 yang akan kita adakan dari Australia, dengan format hibah," katanya saat memberikan keterangan pers sebelum tinggal landas dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin pagi (2/6).
Ia menegaskan, meski hibah, pemerintah Indonesia tetap mengeluarkan biaya untuk pengadaan pesawat angkut tersebut. "Jadi, sebetulnya setengah hibah, setengah kita beli," katanya.
Presiden SBY mengatakan pesawat udara tranportasi itu diperlukan setelah kebijakan pemerintah yang dikeluarkan untuk mengkandangkan Fokker 27. Dengan kebijakan tersebut, pemerintah, utamanya TNI AU membutuhkan sarana angkut yang lebih banyak lagi. Disamping pembelian pesawat N-295, pemerintah memutuskan untuk membeli pesawat dari Australia.
"Kita juga menghidupkan kembali pesawat hercules C-130 dengan spare part baru, termasuk pengadaan yang akan kita laksanakan dari Australia," katanya.
Rencananya, Menteri Pertahanan kedua negara akan bertemu untuk membahas transaksi pembelian pesawat hibah tersebut pada Senin sore waktu setempat. "Sore ini ada agenda yang dihadiri menteri pertahanan kita dan menteri pertahanan Australia. Pimpinan militer Indonesia dan Australia tentang pengadaan pesawat hercules C-130," katanya.
Ia juga mengatakan pertemuan dengan pemerintah Australia tak lain untuk menjaga hubungan baik dibidang penegakan hukum dan keamanan utamanya dalam menghadapi kejahatan transnasional. Pertemuan itu juga untuk meningkatkan kerjasama dalam menghadapi kejahatan terorisme.
"Ini juga menjadi salah satu kegiatan kita, juga dalam kegiatan tugas-tugas pemeliharaan perdamaian dunia atau peace keeping operation yang dilakukan oleh Indonesia-Australia," katanya.