REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG--Perbaikan tata ruang, menjadi salah satu solusi Pemkab Bandung untuk mencegah bencana longsor. Itu bisa dengan cara penanaman pohon tumpang sari dari berbagai jenis pohon yang tumbuh dengan waktu lama di areal lahan kritis.
"Langkah ini harus dilakukan terus-menerus," kata Wakil Bupati Bandung Deden Rukman Rumaji, Kamis (30/5). Sebab, lanjut dia, antisipasi itu mengingat bencana longsor yang kerap terjadi di wilayah Kabupaten Bandung. Akibatnya, ekonomi masyarakat di wilayah rawan bencana juga ikut merugi.
Deden mengatakan, penanaman pohon tumpang sari merupakan antisipasi bencana longsor secara bertahap. Tumpang sari yang dimaksud bisa dilakukan dengan penanaman pohon pinus, maupun jati yang mempunyai waktu tumbuh yang lama. Pemkab Bandung pun melakukan upaya itu bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan.
Menurut dia, sistem penanaman pohon tumpang sari tersebut perlu melibatkan masyarakat yang berada di sekitar lahan kritis. Dengan upaya ini, lanjut dia, diharapkan mereka bisa ikut memelihara kelestarian lingkungan di sekitar lahan. "Nantinya masyarakat (sekitar) dibudidayakan menjadi pekerja lahan tersebut," ujar Deden.
Lebih lanjut, ia juga berharap agar masyarakat pekerja itu menjaganya dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Sebab, lahan tanaman tumpang sari kerap dimanfaatkan sebagai peluang untuk bisnis usaha. Selain untuk bertahan hingga ratusan tahun, pemeliharaan areal tanaman itu agar berfungsi sebagai penangkar air di waktu hujan.
Data dari Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Bandung menyebutkan, terdapat 59.038 hektare lahan kritis di Kabupaten Bandung. Jumlah itu didapat pada 2011. Keseluruhan lahan itu tercatat milik masyarakat. Sementara lahan kritis yang sudah dihijaukan tahun lalu seluas 4.415 hektare. Luas area penghijauan itu nantinya akan diprogramkan pemerintah daerah untuk 2012.